Permasalahan Perpustakaan Sekolah sebagai Pusat Literasi Siswa

Permasalahan Perpustakaan Sekolah sebagai Pusat Literasi Siswa

Perpustakaan adalah tempat membaca masa depan' itulah yang diucapkan oleh salah satu tokoh terkenal di dunia. Memang benar bahwasannya saat ini perpustakaan menjadi tempat yang sangat dibutuhkan oleh semua orang terutama bagi para siswa di sekolah. 

Dengan adanya perpustakaan, para siswa dapat menambah ilmu dan juga wawasannya yang akan berguna di masa depan nanti, perpustakaan juga menjadi salah satu sarana pendidikan yang dapat menunjang kegiatan belajar mengajar siswa sehingga tercapainya tujuan pendidikan.

Selain itu, di tengah miskinnya budaya literasi di Indonesia seperti hasil survei yang dilakukan oleh Program for International Student Assessment (PISA) pada tahun 2019 bahwasannya tingkat literasi Indonesia berada pada urutan 62 dari 70 negara, UNESCO juga menyebutkan bahwa minat baca masyarakat Indonesia begitu memprihatinkan dengan perolehan sekitar 0,001%. 

Maka dari itu, dengan adanya perpustakaan sekolah dapat menjadi salah satu sarana yang dapat membantu masalah miskinnya budaya literasi di Indonesia karena perpustakaan berperan sebagai pusat literasi siswa dan taman bacaan yang tentunya menyediakan dan melayani kebutuhan siswa agar mereka senantiasa tertarik untuk membaca dan secara tidak langsung dapat meningkatkan literasi di sekolah. 

Oleh karena itu, perpustakaan sekolah haruslah menyediakan ruang dan fasilitas yang nyaman yang dapat merangsang minat baca dari siswa. 

Namun, pada kenyataannya saat ini keberadaan perpustakaan sekolah sangatlah memprihatinkan, pasalnya masih sangat jauh dari harapan dan cita-cita mencerdaskan kehidupan anak bangsa. Perpustakaan hanya dianggap sebagai penunjang sarana dan prasarana sekolah tanpa disertai dengan pengelolaan yang baik.

Kondisi perpustakaan sekolah di Indonesia memang sangatlah bertolak belakang. Pembangunan ruang perpustakaan di sekolah masih belum merata dan sering diabaikan sehingga membuat kondisi pendidikan Indonesia dicap semakin memburuk. 

Di satu sisi banyak sekolah dengan perpustakaan yang sudah dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas yang modern, didukung oleh teknologi informasi pun dikelola dengan baik, tetapi di sisi lain terdapat juga perpustakaan sekolah yang kurang bisa menjalankan fungsinya dengan baik, pengelolaan yang buruk, sering diabaikan dan akhirnya hanya menjadi pajangan sekolah semata. 

Hal ini tentunya sangat memprihatinkan, perpustakaan yang seharusnya menjadi tempat ternyaman dan tempat menarik siswa untuk membaca malah menjadi tempat kumuh yang hanya merusak pemandangan sekolah. 

Hal ini juga didukung oleh Fuad Hasan pada tahun 2001 yang menegaskan bahwa dari 200 ribu Sekolah Dasar hanya sekitar 1% yang memiliki perpustakaan strandar, untuk tingkat SMP hanya 34% dari sekitar 70 ribu sekolah dan hanya 54% dari sekitar 14 ribu di tingkat SMA yang memiliki perpustakaan standar (Perpusnas.go.id).

Bagi kebanyakan siswa di sekolah, perpustakaan sering dianggap hanya sebagai tempat yang sempit, kotor, penuh debu dan tidak menarik sama sekali. Pengelola perpustakaan yang judes dan galak membuat siswa takut dan enggan untuk berkunjung. 

Selain itu, koleksi buku yang minim dan hanya sekadar buku mata pelajaran menambah ruang perpustakaan semakin tidak menarik, bahkan buku-buku yang tidak cukup untuk disimpan di lemari buku hanya dibiarkan menumpuk di atas kardus ataupun meja di ujung ruangan. Selain itu, ada juga sekolah yang sampai saat ini masih belum mempunyai ruangan untuk dijadikan perpustakaan sekolah.

Tentunya problematika yang dihadapi ini haruslah segera diatasi, misalnya dengan memberikan pengajaran kepada sekolah dan juga staff perpustakaan terkait dengan pemanfaatan fasilitas yang tersedia di perpustakaan, memberikan pelayanan yang terbaik kepada siswa yang berkunjung, melakukan pengelolaan perpustakaan secara professional, membersihkan dan menata ruangan dengan sebaik mungkin, menyediakan koleksi bahan pustaka yang beragam dan juga haruslah didukung dengan kemajuan teknologi saat ini seperti adanya komputer, jaringan internet dan lain sebagainya agar siswa lebih tertarik untuk berkunjung ke perpustakaan. 

Selain itu, bagi sekolah yang masih belum mempunyai ruang perpustakaan dapat mengajukan proposal kepada berbagai lembaga yang memiliki dana corporate social responsibility atau CSR untuk membangun ataupun memperbaiki fasilitas perpustakaan sekolah. Sekolah juga bisa meminta bantuan kepada komite sekolah untuk mendukung pengembangan perpustakaan di sekolah.

0 Response to "Permasalahan Perpustakaan Sekolah sebagai Pusat Literasi Siswa"

Post a Comment