Tanah Laut, Permata Kalimantan Selatan dengan Sejarah Panjang

Tanah Laut, Permata Kalimantan Selatan dengan Sejarah Panjang

Halo, Sobat Pustaka! Kabupaten Tanah Laut, yang terletak di Kalimantan Selatan, bukan hanya menyimpan pesona alam, tapi juga kekayaan sejarah yang luar biasa. Berdiri sebagai bagian dari Provinsi Kalimantan Selatan, dengan ibu kota di Kecamatan Pelaihari, Tanah Laut dihuni oleh lebih dari 364 ribu jiwa. Dari zaman prasejarah hingga era kolonial, kabupaten ini menyimpan jejak-jejak penting yang tak lekang oleh waktu. Nama "Tanah Laut" sendiri bahkan sudah mengalami berbagai interpretasi sejak zaman kolonial, memperlihatkan keunikannya yang abadi.

Dari Prasejarah hingga Kerajaan Nan Sarunai

Tahukah Sobat Pustaka, bahwa sejarah Tanah Laut bermula sejak zaman prasejarah, sekitar 4000 SM? Wilayah ini dulu dihuni oleh masyarakat awal yang menetap di Teluk Sarunai. Perkembangan terus berlanjut hingga terbentuknya Kerajaan Nan Sarunai yang didirikan oleh suku Dayak Maanyan. Sayangnya, pada tahun 1358, Kerajaan Majapahit menaklukkan Tanah Laut, yang memicu migrasi besar-besaran suku Dayak Maanyan ke pedalaman.

Setelah penaklukan tersebut, Tanah Laut menjadi bagian dari Negara Dipa, sebuah kerajaan bawahan Majapahit yang didirikan pada tahun 1387. Sejarah ini menjadi bukti bahwa Tanah Laut memiliki akar sejarah yang kuat dan erat kaitannya dengan perkembangan kerajaan-kerajaan besar di Indonesia.

Baca Juga: 

Peran Syekh Abu Thalhah dalam Penyebaran Islam di Kalimantan Timur


Tanah Laut di Bawah Kekuasaan Kesultanan Banjar dan Pengaruh Kolonial

Pada 1525, Tanah Laut berada di bawah kendali Kesultanan Banjar yang dipimpin oleh Pangeran Samudra, yang kemudian dikenal sebagai Sultan Suriansyah. Pusat perdagangan utama Tanah Laut kala itu berada di Tabanio, yang menjadi jalur penting bagi aktivitas ekonomi antar pulau di Kalimantan.

Pada abad ke-17, VOC Belanda mulai memasuki Tanah Laut dan pada tahun 1789, mereka membangun benteng di Tabanio untuk mengontrol perdagangan lokal. Di samping itu, wilayah ini juga menarik perhatian Inggris pada awal 1800-an, ketika Sultan Banjar mengizinkan Alexander Hare, seorang tokoh Inggris, menguasai sebagian Tanah Laut pada tahun 1812. Meskipun kekuasaan Inggris hanya berlangsung beberapa tahun, pengaruhnya meninggalkan jejak yang membekas.

Baca Juga: 

Kubah di Bawah Kubah, Keunikan Masjid Jami' Ibrahim Nagara


Wilayah dengan Kekayaan Alam yang Memikat Dunia

Tidak hanya kaya sejarah, Tanah Laut juga memiliki kekayaan alam yang menjadi daya tarik hingga saat ini, Sobat Pustaka! Dari perkebunan lada, tambang emas, hingga batu bara, semua kekayaan ini telah mengukuhkan posisi Tanah Laut sebagai kawasan dengan potensi ekonomi yang menjanjikan. Bahkan pada masa kolonial, Belanda sangat tertarik untuk mengembangkan tambang emas dan platina di wilayah ini, serta memperluas perkebunan lada sebagai salah satu produk andalan.

Selain itu, Pelaihari sebagai ibu kota administratif dikenal dengan tambang emasnya yang potensial. Tabanio, yang sejak dahulu kala berfungsi sebagai pusat perdagangan strategis, menghubungkan wilayah Kalimantan dengan pulau-pulau lainnya. Tak hanya itu, kawasan Banjoe-irang bahkan dikenal dengan tambang batu bara Julia Hermina yang dikelola pemerintah kolonial. Jejak-jejak ini memperlihatkan betapa pentingnya Tanah Laut dalam peta ekonomi dan politik di masa lalu.

Melestarikan Sejarah dan Potensi Ekonomi Tanah Laut untuk Masa Depan

Sobat Pustaka, seiring berjalannya waktu, warisan sejarah Tanah Laut terus terjaga melalui cerita rakyat, situs bersejarah, dan dokumen tertulis yang masih dirawat hingga kini. Dengan potensi alam yang masih bisa digali, Tanah Laut memiliki peluang besar untuk terus berkembang. Meski zaman berubah, Tanah Laut tetap menjadi wilayah yang kaya akan cerita dan inspirasi bagi generasi masa kini.

Maka, mari kita bersama-sama menjaga kekayaan alam dan warisan budaya Tanah Laut agar bisa terus diwariskan pada anak cucu kita. Sejarah panjang Tanah Laut adalah bagian dari perjalanan bangsa yang layak kita banggakan. 

Baca Juga: 

Menguak Kisah Kandangan

0 Response to "Tanah Laut, Permata Kalimantan Selatan dengan Sejarah Panjang"

Post a Comment