Bapukung, Tradisi Banjar Menidurkan Bayi

Bapukung, Tradisi Banjar Menidurkan Bayi

Ada cerita di tahun 80-an saat orang dari Jawa punya menantu perempuan Banjar. Mereka datang ke Banjar setelah dapat kabar pos telegram untuk menengok cucunya yang baru lahir beberapa bulan sebelumnya.

Setelah sampai di alamat, mereka disambut anak laki-lakinya untuk masuk ke dalam rumah. Ketika di dalam dan diarahkan untuk melihat cucunya, si nenek tiba-tiba berteriak, "aaahh cucuku, cucuku digantung !! Dicekikk !! Apa ini? Lepas-lepas."

Ternyata si cucu sedang tidur dengan posisi bapukung. Bapukung adalah tradisi Urang Banjar dan Dayak untuk menidurkan bayinya agar nyenyak.

Bagi orang luar Banjar yang pertama kali melihat, bapukung memang terkesan mengerikan. Bayi seperti diikat kencang dan tercekik. Padahal posisi seperti ini membuat bayi merasa dalam pelukan erat dan aman.

Bapukung dilakukan pada bayi saat posisi duduk dalam ayunan. Setelah bayi merasa nyaman, sang ibu mulai melilitkan kain/tapih bahalai ke bagian dada dan leher bayi. Dengan posisi ini maka kedudukan bayi menjadi terkunci.

Saat bayi belum tertidur, posisi bapukung mencegah bayi rewel karena bayi masih bisa melihat keadaan sekitar dan ibunya melakukan ayunan yang sering diiringi dengan nyanyian, irama sholawat nabi atau aktivitas lainnya. Kemudian seiring dengan waktu yang dikombinasikan gerakan ayunan serta angin sepoi-sepoi menerpa wajahnya maka bayi mulai mengantuk dan tertidur.

Bapukung bermakna posisi tidur bayi duduk dalam buaian diambil dari kata Banjar "pukung" yang bisa berarti kurung, kungkung, atau pasung. Memang bayi terlihat terkurung atau terpasung tetapi tradisi ini tidak membahayakan bayi dan belum ada laporan cedera karena bayi tidur bapukung.


0 Response to "Bapukung, Tradisi Banjar Menidurkan Bayi"

Post a Comment