Pelestarian Seni dan Budaya Lokal HST

Pelestarian Seni dan Budaya Lokal HST

Sobat Pustaka, Hulu Sungai Tengah (HST) memang belum memiliki museum resmi untuk menyimpan benda-benda seni dan budaya. Namun, semangat untuk menjaga warisan budaya tetap hidup melalui benda-benda seni yang diwariskan secara turun temurun, seperti wayang kulit peninggalan Dalang Tulur, seorang maestro wayang Banjar yang legendaris. Dalang Tulur adalah sosok penting dalam dunia pewayangan Banjar yang lahir sekitar tahun 1880-an dan meninggal pada tahun 1983. Kemampuan beliau dalam menguasai pakem wayang serta menerjemahkannya ke dalam bahasa Banjar membuatnya dikenal luas, tidak hanya di HST, tetapi juga di seluruh Kalimantan Selatan.

Benda seni wayang kulit peninggalannya kini menjadi saksi bisu perjalanan sejarah dan budaya Banjar. Wayang-wayang ini pernah tampil dalam acara-acara penting, seperti di Istana Negara pada tahun 1957 dan Festival Dalang Bocah Tingkat Nasional di Jakarta pada tahun 1978. Pelestarian benda seni ini adalah bentuk nyata dari usaha masyarakat HST dalam menjaga dan merawat warisan budaya yang berharga.

Baca Juga:

Merayakan Hari Anak Nasional dengan Kegiatan Seru di Hulu Sungai Tengah

Tradisi Aruh Ganal Maulidi Rasul

Tradisi Aruh Ganal Maulidi Rasul adalah perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW yang menjadi kebanggaan masyarakat HST. Setiap tahun, pada bulan Rabiul Awal, hampir seluruh masyarakat HST berpartisipasi dalam perayaan ini dengan penuh semangat dan kebersamaan. Tradisi ini melibatkan berbagai kegiatan seperti puji-pujian, pembacaan syair-syair Al Barjanzi, Sarafal Anam, dan Al Habsyi yang dilantunkan dengan penuh penghayatan.

Yang membuat tradisi ini semakin unik adalah adanya festival syair Al Habsyi yang diadakan setiap tahun oleh Pemkab HST. Festival ini menjadi ajang untuk memacu kreativitas seni, di mana kriteria penilaian meliputi kemerduan suara, keserasian syair dengan gamelan, kekompakkan, dan adab. Tradisi Maulid ini tidak hanya memperlihatkan kekompakkan umat, tetapi juga menciptakan potensi wisata religi yang sangat besar, karena nilai-nilai spiritual yang terkandung di dalamnya.

Baca Juga:

Dinas Perpustakaan Kab HST Dorong Literasi Keuangan bagi Pelaku UMKM di Era Digital

HST sebagai Serambi Madinah

Kabupaten Hulu Sungai Tengah sering disebut sebagai Serambi Madinah, sebuah julukan yang mencerminkan kuatnya identitas keagamaan di daerah ini. Tradisi keagamaan yang terjaga, seperti perayaan Maulid Nabi dan syair Al Habsyi, menjadi bukti betapa tingginya literasi religius masyarakat HST. Hampir setiap desa di HST memiliki majelis ta’lim dan pondok pesantren yang aktif, sehingga adzan dan kegiatan keagamaan lainnya selalu bergema di setiap waktu.

Tradisi literasi religius ini tidak hanya mempererat persatuan umat Islam, tetapi juga menciptakan suasana harmonis dan damai di tengah masyarakat. Kegiatan keagamaan yang rutin diadakan, seperti arisan Maulid dan baayun anak, menunjukkan betapa tingginya rasa kecintaan masyarakat terhadap agama dan budaya mereka. Ritual baayun anak, misalnya, adalah tradisi yang bertujuan untuk mendoakan bayi yang baru lahir agar tumbuh menjadi pribadi yang terpuji dan bermanfaat bagi agama, bangsa, dan negara.

Dengan segala keunikan dan kekayaan budayanya, Hulu Sungai Tengah bukan hanya sekedar daerah di Kalimantan Selatan, tetapi juga penjaga warisan seni, budaya, dan literasi religius yang sangat bernilai. Inilah yang menjadikan HST sebagai Serambi Madinah, sebuah tempat dimana tradisi keagamaan dan kebudayaan tetap terjaga dan hidup dalam harmoni.

Baca Juga:

INLISLite Versi 3, Solusi Modern untuk Perpustakaan Digital




0 Response to "Pelestarian Seni dan Budaya Lokal HST"

Post a Comment