Halo, Sobat Pustaka! Kali ini kita akan bahas soal buku pengayaan yang sering diabaikan tapi sangat penting bagi perkembangan literasi kita.
Tantangan Gerakan Literasi, Masih Ada yang Kurang
Indonesia sudah memiliki gerakan literasi yang berjalan cukup baik, Sobat Pustaka. Namun, ada tantangan besar yang seringkali luput dari perhatian—kurangnya buku pengayaan di perpustakaan sekolah. Buku pengayaan, yang seharusnya menjadi bagian penting dari perpustakaan, sering kali tidak tersedia dalam jumlah memadai. Sementara buku paket berfungsi memenuhi kebutuhan kurikulum, buku pengayaan berperan memperluas cakrawala pengetahuan siswa.
Kita semua tahu, Sobat Pustaka, bahwa pendidikan tidak hanya soal lulus ujian. Dengan adanya buku pengayaan, siswa dapat mengeksplorasi berbagai topik di luar materi kurikulum yang kaku. Sayangnya, perpustakaan sekolah di Indonesia masih jauh dari kata ideal dalam hal koleksi buku pengayaan ini.
Baca Juga:
Inovasi Digital Dalam Dunia Perpustakaan
Pentingnya Buku Pengayaan, Bukan Sekadar Tambahan
Banyak yang berpikir buku pengayaan hanyalah tambahan yang tidak begitu penting, padahal kenyataannya justru sebaliknya. Menurut Woro Titi Haryanti, Deputi Pengembangan Sumber Daya Perpustakaan, buku pengayaan seharusnya menjadi prioritas di perpustakaan sekolah. Buku paket memang penting untuk mencapai tujuan kurikulum, tetapi itu tidak cukup untuk menumbuhkan wawasan yang luas bagi siswa.
Buku pengayaan memperluas perspektif siswa, memberi mereka lebih banyak informasi dan wawasan tentang dunia. Misalnya, siswa yang belajar sains dari buku pengayaan akan lebih mudah memahami konsep karena bisa melihat berbagai aplikasi ilmu pengetahuan di kehidupan nyata. Buku pengayaan juga bisa membantu siswa dalam menemukan minat dan bakat mereka, yang mungkin tidak sepenuhnya terwakili dalam buku paket.
Baca Juga:
Masalah Anggaran dan Peran Pemerintah
Lalu, kenapa buku pengayaan ini masih jarang ditemukan di sekolah? Masalah anggaran adalah kendala terbesar. Undang-undang sebenarnya sudah mengamanatkan bahwa 5% dari anggaran pendidikan dialokasikan untuk pengembangan perpustakaan. Namun, realisasinya di lapangan masih sangat jauh dari harapan. Banyak sekolah yang harus berjuang dengan anggaran terbatas, sehingga perpustakaan sering kali hanya diisi oleh buku paket yang diwajibkan oleh kurikulum.
Dukungan dari DPRD dan pemerintah sangat dibutuhkan untuk memastikan perpustakaan sekolah bisa memiliki koleksi buku pengayaan yang memadai. Tanpa dukungan finansial yang memadai, buku pengayaan akan terus menjadi barang langka di perpustakaan sekolah. Ini berarti siswa kehilangan kesempatan untuk memperluas wawasan mereka dan hanya belajar dari satu perspektif—perspektif kurikulum.
Namun, Sobat Pustaka, jangan patah semangat! Kita semua bisa berkontribusi dengan cara masing-masing. Misalnya, mendonasikan buku pengayaan ke perpustakaan sekolah atau kampanye literasi di lingkungan sekitar kita. Semakin banyak dukungan dari berbagai pihak, semakin baik pula kondisi literasi di Indonesia.
Buku pengayaan bukan sekadar pelengkap, Sobat Pustaka, tetapi elemen penting dalam mendukung gerakan literasi. Meskipun anggaran menjadi tantangan utama, dukungan dari pemerintah dan masyarakat sangat dibutuhkan untuk memperbaiki keadaan ini. Kita juga bisa berperan aktif dalam membantu meningkatkan koleksi buku pengayaan di perpustakaan sekolah.
Jadi, ayo mulai dari langkah kecil—dari membaca dan mendonasikan buku pengayaan hingga mendukung program literasi di sekitar kita. Dengan buku pengayaan, kita bisa membuka cakrawala lebih luas dan menciptakan generasi yang kritis, kreatif, dan penuh wawasan.
Baca Juga:
Sekolah Perlu Buku Pengayaan, Bukan Hanya Buku Paket
0 Response to "Pentingnya Buku Pengayaan untuk Literasi di Sekolah"
Post a Comment