Mengikuti Warisan Ilmu dan Spiritualitas Keturunan Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari

Mengikuti Warisan Ilmu dan Spiritualitas Keturunan Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari


Sobat pustaka, siapa yang tak kenal nama besar Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari? Ulama kharismatik dari Kalimantan Selatan ini bukan hanya dikenang lewat karya monumentalnya, Sabilal Muhtadin, tapi juga melalui jejak para keturunannya yang tersebar dari tanah Banjar, Pulau Jawa, hingga ke jazirah Arab. Menyusuri warisan beliau tak ubahnya seperti menelusuri sungai keilmuan yang tak pernah kering—terus mengalir, menyuburkan hati dan pikiran umat.

Syekh Arsyad memang sudah lama berpulang, namun keturunannya masih mewarisi cahaya ilmunya. Tak hanya sekadar nama, mereka menyalakan obor dakwah dan pendidikan di banyak penjuru negeri. Ada nama-nama besar seperti Abu Bakar Syata, Syekh Said Yamani, Syekh Yusuf al-Khaiyat, hingga Habib Umar bin Salim al-Atas—semuanya merupakan bagian dari jejaring ulama yang berakar dari pohon keluarga ulama besar asal Kalimantan ini.

Salah satu keturunan yang cukup dikenal adalah Syekh Ali al-Banjari. Beliau merupakan pengajar di Masjidil Haram, pusat ilmu dan spiritualitas umat Islam sejagat. Sosok ini menambah deretan ulama Banjar yang harum namanya di tanah suci. Syekh Ali wafat pada malam Jumat, 12 Zulhijjah 1307 H dan dimakamkan di Mu’alla, Mekkah—sebuah lokasi pemakaman yang penuh penghormatan, tempat peristirahatan banyak ulama dan tokoh-tokoh suci.

Tapi tak hanya di Mekkah, sobat pustaka, warisan Syekh Arsyad juga hidup di berbagai daerah. Di Pontianak, Kalimantan Barat, berdiri lembaga pendidikan yang diasuh zuriat beliau. Di Indragiri dan bahkan Malaysia, semangat yang beliau tanam juga tumbuh subur. Semua ini menjadi bukti bahwa ilmu bukan hanya tinggal di lembar kitab, tapi juga mengalir melalui darah dan perbuatan para penerusnya.

Mari kita berlayar sejenak ke Bangil, Jawa Timur. Di sana terdapat pesantren yang tak kalah semarak dalam dakwah. Namanya cukup unik dan menggelitik: Pesantren Untuk Kelampayan. Nama ini jelas menyiratkan keterikatan spiritual dengan desa Kelampayan, kampung halaman Syekh Arsyad. Pesantren ini dipimpin oleh Haji Muhammad Syarwani Abdan, yang juga merupakan zuriat langsung dari ulama besar tersebut. Dalam pesantren ini, kitab kuning masih menjadi santapan harian, dan diskusi keagamaan berjalan hangat dari pagi hingga malam.

Baca Juga:

Mengenal Syekh Muhammad Nafis

Lanjut ke tanah Banjar sendiri, tepatnya di Dalampagar, berdiri dua madrasah yang didirikan oleh keturunan Syekh Arsyad. Ada Madrasah Sullamul 'Ulum dan Madrasah Mura’atus Shibyaan. Nama-nama ini mungkin terdengar asing bagi sebagian sobat pustaka, tapi percayalah, di sanalah generasi muda Banjar digembleng dengan semangat keilmuan dan religiusitas yang kuat.

Tak jauh dari sana, di Telok Selong dan Kampung Melayu, berdiri pula madrasah-madrasah lainnya. Ada Sabiilur Rasyad di Kampung Selong, dan al-Irsyad di Sungai Tuan. Nama-nama ini tak hanya menjadi simbol kebangkitan pendidikan Islam lokal, tapi juga menjadi oase di tengah gersangnya tantangan zaman yang kian kompleks.

Pengaruh Syekh Arsyad juga terdengar hingga di Masjidil Haram, Mekkah, pada tahun 1979. Salah seorang jamaah haji sempat menyampaikan bahwa ada ulama Banjar bernama Haji Abdul Karim al-Banjari yang mengajar di sana. Lagi-lagi, ini mempertegas bahwa darah ulama tak pernah membeku—ia terus menyala, bahkan hingga ke tanah suci.

Yang tak kalah penting, sobat pustaka, adalah keberadaan Yayasan Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari di Martapura. Yayasan ini diketuai oleh Haji Asdhy Suryadi, dan didirikan sebagai bentuk penghormatan terhadap haul beliau yang ke-160, tepatnya pada 7 Januari 1968. Perayaan haul ini menjadi momentum spiritual yang mempererat ikatan antara masyarakat Banjar dengan warisan leluhur mereka. Bertempat di Kompleks Kubah Kelampayan, haul ini bukan sekadar seremoni, tapi juga ruang refleksi, tempat berkumpulnya ilmu, budaya, dan rasa cinta terhadap tokoh yang telah menyemai akar keimanan begitu dalam.

Sobat pustaka, dari Mekkah hingga Martapura, dari pesantren hingga madrasah, dari kitab ke kitab, warisan Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari terus mengalir dalam denyut nadi umat Islam. Kisah keturunan beliau mengajarkan kita satu hal penting: bahwa warisan sejati bukanlah harta, melainkan ilmu yang mendidik dan menyalakan cahaya dalam kegelapan.

Mari kita jaga dan rawat warisan ini. Karena setiap halaman yang kita baca dan setiap pelajaran yang kita ambil dari para ulama, adalah bentuk cinta dan penghormatan kepada perjalanan panjang para pewaris cahaya.

Baca Juga:

Polemik Pendidikan, Saat Etika Dipertanyakan

 

0 Response to "Mengikuti Warisan Ilmu dan Spiritualitas Keturunan Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari"

Post a Comment