Datu Kasan
Menurut cerita orang-orang tua jaman bahari ayah Raden Kasan itu seorang pemimpin yang berasal dari Tabalong. Setelah orang tuanya meninggal dunia, Raden Kasan lalu memelihara seorang pembantu yang bernama Angul.
Daerah kepemimpinan Datu Kasan mulai Tanjung Tengah sampai Kampung Bantang Salang pada waktu itu masih dikuasai orang Dusun (Dayak). Ketika itu agama Islam sudah masuk ke daerah Tabalong, Datu Kasan dan saudara-saudaranya sudah menganut agama Islam.
Patih Bantar kakak dari Datu Kasan melihat keadaan yang tidak menguntungkan, lalu ia berusaha untuk membuat perbatasan antara daerahnya dengan daerah orang-orang dusun. Untuk itu diadakan perjanjian dengan tokoh orang Dusun guna menetapkan perbatasan. Masing-masing harus mulai berjalan pada subuh hari, dan di mana bertemu maka disitulah perbatasan antara orang Dusun dengan pihak Patih Bantar.
Waktu itu Patih Bantar tinggal di Pulau Kadap. Untuk memberi kabar kepada adiknya di Candi Alang beliau segera saja melompati kai Tabalong sampai di rumah Datu Kasan, lalu berpesan akan membuat perbatasan antara daerah kita dengan orang Dusun. Oleh karena itu jagalah kampung kita ini baik-baik. Barangkali mereka akan melanggar perjanjian, melanggar perbatasan yang ditetapkan bersama. Kalau hal ini terjadi maka kita harus berperang dengan mereka.
Setelah melakukan perjalanan akhirnya mereka bertemu di sebelah kampung Kambitin lalu Patih Bantan meletakkan kayu Pahit 2 batang sebagai batas daerah. Padahal asalnya antara Patih Bantar dan orang Dusun itu masih bersepupu tetapi orang-orang Dusun tidak mau memeluk agama Islam.
Itulah sebabnya hubungan kedua sepupu tersebut renggang. Lama kelamaan perbatasan yang dibuat bersama dilanggar oleh orang-orang Dusun akibatnya terjadilah perang sehingga orang Dusun terdesak ke pedalaman.
Pertempuran berpindah ke Jalili yang dapat direbut orang-orang Islam terus pindah ke Gumbah yang dapat dikuasai oleh pihak Patih Bantar dan Datu Kasan. Selanjutnya menyusul Kambilin, Dawiyah dikuasai datu Kasan. Orang Dusun didesak terus sampai ke Pulau Padang.
Di sini mereka melakukan konsolidasi dari pihak orang Dusun dipimpin oleh Panglima Tingki. Tiba-tiba Panglima Tingki mengerahkan pasukannya mengepung Raden Kasan. Panglima Tingki melakukan serangan besar-besaran atas Candi Alang tempat kedudukan Raden Kasan dan serangan tersebut melebar sampai ke Pulau Wining, yang mana pasukan Dusun mengalami kekalahan hebat sehingga mereka tercerai berai.
Panglima Tingki ditangkap dan dibawa oleh Raden Kasan, sejak itu panglima Tingki menjadi pembantu Raden Kasan. Pada suatu hari Panglima Tingki dan anak buah Raden Kasan pergi mandi ke Luk Kumpang, mereka sambil mengadakan pucungan tetapi panglima Tingki culas hampir saja sepuluh orang anak buah Raden Kasan mati lemas karena ditekan di dalam air.
Melihat hal itu Raden Kasan marah, ia segera terjun ke air lalu leher Panglima Tingki dicekiknya dan kepalanya dijejali ke bawah akar besar di sungai itu. Selesai perkelahian dengan Panglima Tingki maka Raden Kasan lalu berangkat ke Gunung Batu Piring dan meninggalkan Candi Alang tempat asalnya untuk selama-lamanya. Raden Kasan berdiam di Gunung Batu Piring dan kawin dengan orang Paran, Pulantan Baidar serta memperoleh seorang anak lelaki.
0 Response to "Datu Kasan"
Post a Comment