Menghidupkan Semangat Literasi di Era Digital dengan Gerakan Indonesia Membaca
Halo, Sobat Pustaka! Apakah kamu sudah mendengar tentang Gerakan Indonesia Membaca? Program ini merupakan hasil kolaborasi apik antara Perpusnas RI dan Pemerintah Kota Banjarbaru. Tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan minat baca masyarakat melalui berbagai kegiatan seru, salah satunya bertema "Duta Baca Berdaya Dengan Buku."
Acara ini diikuti lebih dari 300 peserta dari berbagai latar belakang—pelajar, mahasiswa, hingga masyarakat umum. Antusiasme yang ditunjukkan oleh peserta dari berbagai daerah menunjukkan betapa pentingnya literasi di kehidupan kita. Mengusung tema tersebut, kegiatan ini menekankan peran buku sebagai media pemberdayaan masyarakat, lho. Bagaimana tidak, dengan membaca, kita tidak hanya memperkaya pengetahuan tapi juga memperkuat kemampuan berpikir kritis dan kreatif.
Baca Juga:
Kiprah H. Aulia Oktafiandi dalam Membangun Hulu Sungai Tengah
Tantangan Literasi di Era Digital
Namun, Sobat Pustaka, tantangan besar di era digital ini adalah bagaimana kita bisa menyeimbangkan antara media sosial dan membaca buku. Generasi muda sekarang sangat akrab dengan media sosial, tapi kecanduan pada platform ini sering kali membuat mereka melupakan manfaat membaca. Nah, disinilah pentingnya kita menjaga imbangan antara dua hal tersebut.
Drs. Abdullah Sanneng, seorang Pustakawan Ahli Utama Perpusnas RI, mengingatkan bahwa literasi bukan hanya soal kemampuan membaca, tapi juga kemampuan berpikir kritis. Membaca buku berkualitas membantu kita memahami dunia dengan lebih baik, sementara media sosial bisa menjadi sumber hiburan dan informasi yang cepat. Abdullah Sanneng juga menekankan bahwa jika digunakan dengan bijak, media sosial bisa menjadi alat edukasi yang efektif. Jadi, yuk Sobat Pustaka, mari kita seimbangkan waktu kita untuk membaca buku dan menggunakan media sosial secara positif.
Baca Juga:
Hari Pelanggan Nasional 4 September Momen Menghargai Konsumen
Pemberdayaan Melalui Tulisan Lokal
Tak hanya membaca, kegiatan menulis juga menjadi bagian penting dalam gerakan literasi ini. Sobat Pustaka, literasi bukan hanya tentang menambah pengetahuan tapi juga berbagi pengetahuan! Kehadiran tokoh literasi seperti Nurul Asmayani dari Forum Lingkar Pena Banjarbaru dan Muhammad Rendy Tisna Amijaya memberikan inspirasi besar untuk mulai menulis tentang potensi lokal. Melalui tulisan, kita bisa mempromosikan keindahan dan kekayaan budaya daerah kita, Kalimantan Selatan.
Muhammad Rendy Tisna bahkan menantang masyarakat untuk menulis buku yang mengangkat kekayaan alam dan budaya daerah. Ini adalah kesempatan besar untuk meningkatkan minat baca sekaligus mempromosikan Banjarbaru kepada dunia. Bayangkan jika tulisan Sobat Pustaka bisa dikenal luas dan menjadi inspirasi bagi orang lain!
Kegiatan Gerakan Indonesia Membaca ini bukan hanya tentang membaca buku, tapi juga tentang pemberdayaan masyarakat melalui literasi. Dengan dukungan dari pemerintah dan para pegiat literasi lokal, Sobat Pustaka bisa ikut berkontribusi dalam menyongsong Indonesia Emas 2045 dengan menjadi generasi yang literat dan berdaya saing.
0 Response to "Menghidupkan Semangat Literasi di Era Digital dengan Gerakan Indonesia Membaca"
Post a Comment