Menelusuri Sejarah Banjarmasin

Menelusuri Sejarah Banjarmasin

Hai Sobat Pustaka! Mari kita menjelajahi sejarah menarik dari Kota Banjarmasin, yang dikenal sebagai "Kota Seribu Sungai." Dengan sejarah panjang yang dimulai dari tahun 1526, Banjarmasin memiliki cerita yang kaya tentang perjuangan, keberagaman, dan transformasi. Dalam artikel ini, kita akan menggali awal mula nama dan sejarah kota ini, peran Pangeran Samudera, pentingnya hari jadi kota, serta perjalanan pemerintahan para sultan yang mengubah wajah Banjarmasin. 

Awal Mula Nama dan Sejarah Banjarmasin

Banjarmasin, sebelumnya dikenal sebagai "Banjarmasih," pertama kali dicatat dalam sejarah pada 24 September 1526. Tanggal ini tidak hanya menandai awal eksistensi kota, tetapi juga menjadi titik penting dalam sejarah Kalimantan Selatan. Pada masa itu, Banjarmasin merupakan sebuah desa kecil yang dihuni oleh suku Melayu, dikenal sebagai Oloh Masih, dengan pemimpin bernama Patih Masih. Dengan letak geografis yang strategis di muara Sungai Kuin, Banjarmasin mulai tumbuh menjadi pusat perdagangan penting.

Kota ini berkembang pesat berkat kehadiran Sungai Barito dan Martapura, yang menjadi jalur utama perdagangan. Dalam waktu singkat, Banjarmasin berubah menjadi tempat berkumpulnya pedagang dari berbagai daerah, membentuk identitasnya sebagai pusat perdagangan yang dinamis. Nama "Banjarmasin" sendiri berasal dari kata "banjar," yang berarti kampung, menggambarkan awal mula kehidupan masyarakat yang saling berinteraksi dan berdagang.

Baca Juga: 

Menguak Kisah Kandangan


Peran Pangeran Samudera dalam Sejarah Banjarmasin

Salah satu tokoh kunci dalam sejarah Banjarmasin adalah Pangeran Samudera. Pada tahun 1526, ia berhasil mendirikan kerajaan independen di Banjarmasin dengan dukungan Kesultanan Demak. Setelah memeluk Islam, Pangeran Samudera diangkat menjadi Sultan Suriansyah, menjadikan Islam sebagai agama utama di daerah tersebut. Proses pengislaman ini tidak hanya mengubah kehidupan spiritual masyarakat, tetapi juga menjadi landasan bagi perkembangan budaya dan sosial di Banjarmasin.

Pangeran Samudera juga dikenal sebagai sosok yang visioner. Ia membangun infrastruktur penting, termasuk masjid, pasar, dan keraton, yang mencerminkan kemajuan masyarakat pada masa itu. Masjid Sultan Suriansyah, yang masih berdiri hingga kini, adalah salah satu bukti dari warisan budaya dan religius yang ditinggalkan oleh sultan-sultan Banjar. Di tangan Pangeran Samudera, Banjarmasin tidak hanya menjadi kota, tetapi juga sebuah kerajaan yang berpengaruh dalam sejarah Kalimantan.

Baca Juga: 

Tanah Laut, Permata Kalimantan Selatan dengan Sejarah Panjang 


Hari Jadi Kota Banjarmasin

Tanggal 24 September setiap tahunnya diperingati sebagai Hari Jadi Kota Banjarmasin. Peringatan ini merupakan penghormatan terhadap momen bersejarah ketika Pangeran Samudera memeluk Islam dan mendirikan kerajaan. Dalam rangka memperingati hari jadi ini, berbagai acara dan kegiatan budaya diadakan, mulai dari festival seni hingga pameran sejarah yang mengajak masyarakat untuk lebih mengenal akar sejarah mereka.

Perayaan Hari Jadi Kota Banjarmasin bukan hanya sekadar ritual tahunan. Ini adalah saat bagi masyarakat untuk berkumpul, merayakan identitas mereka sebagai warga Banjarmasin, dan merefleksikan perjalanan panjang kota ini. Berbagai organisasi dan komunitas juga berpartisipasi aktif dalam kegiatan ini, menunjukkan betapa pentingnya nilai sejarah bagi setiap warga kota. Dalam semangat kebersamaan, perayaan ini semakin memperkuat rasa cinta terhadap kota dan warisannya.

Perjalanan Pemerintahan Sultan-Sultan Banjar

Perjalanan pemerintahan Sultan Suriansyah dan penerusnya menjadi bagian integral dari sejarah Banjarmasin. Dari Sultan Suriansyah hingga Sultan Tamjidillah, setiap sultan memberikan kontribusi unik terhadap perkembangan kota dan masyarakatnya. Pada masa pemerintahan Sultan Tamjidillah, misalnya, banyak inovasi dan perubahan dilakukan, baik dalam bidang administrasi maupun budaya. Sultan Tamjidillah dikenal sebagai sosok yang terbuka terhadap perubahan, yang mendorong masyarakat untuk mengadopsi pengetahuan dan praktik baru.

Namun, tidak semua perubahan berjalan mulus. Kehadiran kolonial Belanda dan Inggris membawa tantangan tersendiri bagi kesultanan. Perampasan dua jung lada oleh Belanda pada tahun 1596 dan kedatangan Alexander Hare dari Inggris pada tahun 1811 menandai awal dari pengaruh kolonial yang kuat di Banjarmasin. Meskipun demikian, semangat perjuangan masyarakat Banjar tetap terjaga, dan banyak yang berusaha untuk melestarikan budaya dan tradisi mereka di tengah gempuran pengaruh asing.

Banjarmasin, dengan sejarahnya yang kaya, tidak hanya merupakan tempat tinggal, tetapi juga merupakan simbol keberanian dan ketahanan masyarakatnya. Dari awal mula yang sederhana hingga menjadi kota bersejarah yang dikenal di seluruh Indonesia, Banjarmasin terus menginspirasi banyak orang. Mari kita jaga dan lestarikan sejarah serta budaya kota ini, agar generasi mendatang dapat mengenal dan mencintai warisan yang telah ditinggalkan oleh nenek moyang kita. 

Baca Juga: 

Jejak Sejarah dan Budaya Kerajaan Negara Dipa di Amuntai

0 Response to "Menelusuri Sejarah Banjarmasin"

Post a Comment