Pengusir Hantu Kuyang yang Mencekam Malam

Pengusir Hantu Kuyang yang Mencekam Malam


Sobat Pustaka, kita kembali akan membahas salah satu kepercayaan dan warisan budaya yang kaya dari daerah Banjar. Kali ini, kita akan menyelami kisah tentang kuyang, makhluk halus yang menjadi bagian dari mitologi Banjar, serta mantra ajaib yang digunakan oleh bidan kampung untuk mengusirnya. Walaupun cerita ini bisa dibilang cukup menegangkan, namun di baliknya terdapat pelajaran berharga tentang kebudayaan lokal yang patut untuk kita pelajari dan lestarikan.

Di daerah Banjar, khususnya di Kalimantan Selatan, kepercayaan terhadap makhluk halus kuyang masih hidup dan terus diwariskan dari generasi ke generasi. Kuyang diyakini sebagai hantu yang berbentuk kepala perempuan tanpa tubuh, yang terbang pada malam hari untuk mencari mangsa. Konon, hantu ini sangat suka menghisap darah wanita yang baru melahirkan. Yang lebih menyeramkan, kuyang ini tidak akan menghisap darah sembarangan, tetapi darah nifas, yaitu darah yang keluar setelah melahirkan. Darah ini dianggap sangat kuat dan menjadi sumber kehidupan bagi kuyang, yang kemudian menyebabkan wanita yang melahirkan mengalami pendarahan hebat dan akhirnya meninggal.

Cerita tentang kuyang ini bukan hanya sekadar dongeng atau cerita menakut-nakuti. Bagi sebagian masyarakat Banjar, keberadaan makhluk ini adalah kenyataan yang harus dihadapi. Terlebih lagi, para bidan kampung yang membantu proses kelahiran di zaman dulu, sering kali dianggap sebagai pihak yang paling sering berhadapan langsung dengan kuyang. Oleh karena itu, bidan-bidan ini memiliki peranan penting dalam menjaga keselamatan ibu yang baru melahirkan.

Demi mengusir kuyang yang sering mengintai, bidan kampung dilengkapi dengan sebuah mantra yang dipercaya memiliki kekuatan untuk mengusir makhluk halus ini. Mantra ini bukanlah sembarang mantra. Dikenal dengan nama mantra pengusir kuyang, mantra ini disampaikan secara turun-temurun, bersifat rahasia, dan hanya diberikan kepada bidan yang dipercaya memiliki kemampuan spiritual yang cukup untuk mengucapkannya dengan khusyuk. Hanya mereka yang benar-benar yakin akan kekuatan mantra ini yang bisa membacakannya dengan benar.

Mantra tersebut memiliki bentuk yang unik dan terdiri dari satu bait dengan 13 baris. Setiap kata dalam mantra ini memiliki makna yang dalam dan penuh dengan filosofi. Untuk memulai mantra, bidan harus terlebih dahulu membaca Bismillahirrahmanirrahim, yang merupakan kalimat pembuka yang mengandung perlindungan dari Tuhan. Ini menjadi simbol bahwa segala kekuatan untuk mengusir kuyang berasal dari kekuatan Tuhan yang Maha Esa.

Berikutnya, mantra tersebut mengandung kalimat niat dengan kata huss, yang berarti niat untuk mengusir makhluk jahat. Nama Buyung Kadana Kadini disebutkan dalam mantra ini, yang merupakan nama rahasia dari kuyang itu sendiri. Menariknya, nama ini tidak sembarangan diucapkan. Di masyarakat Banjar, menyebutkan nama ini sembarangan dapat membawa malapetaka, sebab itu adalah nama yang sangat sakral dan tabu untuk disebut di luar konteks mantra.

Baca Juga:

Menelusuri Jejak Spiritual Datu Suban di Kalimantan Selatan

Dalam beberapa baris selanjutnya, mantra ini melarang kuyang untuk mengganggu kehidupan manusia, terutama wanita yang sedang dalam masa nifas. Ini menunjukkan bahwa dalam budaya Banjar, ada keyakinan yang sangat kuat terhadap perlindungan alam gaib yang harus dijaga dengan serius. Tempat tinggal kuyang yang disebutkan dalam mantra ini juga memberikan gambaran tentang betapa kuatnya makhluk ini dalam melawan peraturan yang ada. Namun, ada juga bagian yang menyatakan bahwa jika kuyang melawan, maka akibat yang akan diterimanya adalah kehancuran, baik dari api yang membakar hingga bumi yang akan mengalahkannya.

Dengan lambang wancuh atau centong nasi yang digunakan sambil melambai-lambaikan ke empat penjuru langit, mantra ini dibacakan untuk memanggil kekuatan alam semesta yang akan menakuti kuyang dan membuatnya mundur. Konon, dengan cara ini, kuyang yang mendekat akan merasa lemah dan ketakutan, sehingga tak mampu mengganggu korban yang diincarnya.

Masyarakat Banjar sangat menghormati tradisi ini sebagai bagian dari warisan budaya yang juga mencerminkan keyakinan mereka akan adanya dunia gaib yang beriringan dengan dunia nyata. Walaupun zaman terus berubah dan teknologi semakin maju, cerita-cerita seperti ini masih sering terdengar, terutama di daerah pedesaan yang kental dengan nuansa adat dan tradisi.

Bagi sobat pustaka yang mungkin tertarik untuk menggali lebih dalam tentang kepercayaan-kepercayaan lokal seperti ini, tidak ada salahnya untuk mencari literatur atau berbicara langsung dengan para tetua adat yang masih menjaga dan melestarikan cerita-cerita tradisional tersebut. Sebab, seperti halnya cerita-cerita rakyat lainnya, legenda kuyang ini merupakan bagian dari kekayaan budaya yang patut kita hargai dan lindungi dari kepunahan.

Dalam dunia yang semakin modern ini, kepercayaan terhadap makhluk gaib seperti kuyang memang sudah mulai memudar, namun di balik itu semua, cerita-cerita seperti ini menyimpan makna yang lebih dalam, yaitu pentingnya menjaga keseimbangan hidup, saling melindungi, dan menghormati alam serta makhluk-makhluk di sekitarnya.

Baca Juga:

Menelusuri Jejak Spiritual Datu Suban di Kalimantan Selatan

0 Response to "Pengusir Hantu Kuyang yang Mencekam Malam"

Post a Comment