Dakwah Datuk Kalampayan

Dakwah Datuk Kalampayan

Generated image

Sobat Pustaka, kita sering mendengar nama besar Datuk Kalampayan dalam sejarah dakwah Islam di Kalimantan. Namun, tahukah kalian bahwa dakwah beliau tidak hanya melibatkan satu suku atau etnis saja? Sebaliknya, perjalanan dakwah Datuk Kalampayan mencatatkan sejarah penting dengan keterlibatan berbagai etnis dan suku, mulai dari Banjar, Bugis, hingga China. Melalui tali persaudaraan yang dibangun dalam dakwahnya, Datuk Kalampayan menjadi figur yang tidak hanya mendalamkan ajaran agama, tetapi juga menguatkan rasa persatuan antaretnis di kawasan Kalimantan.

Suku Banjar tentu menjadi elemen yang sangat penting dalam perjalanan dakwah Datuk Kalampayan. Dalam masyarakat Banjar, Datuk Kalampayan dikenal sebagai sosok ulama yang tidak hanya mengajarkan agama, tetapi juga memberikan contoh nyata tentang bagaimana dakwah yang diterima dengan baik dapat menyatukan berbagai kalangan. Salah satu kontribusi besar dari suku Banjar adalah hadirnya Ratu Aminah, istri Datuk Kalampayan yang merupakan keturunan bangsawan Kesultanan Banjar, putri dari Pangeran Thoha.

Pernikahan ini membuahkan banyak keturunan yang kemudian turut andil dalam melanjutkan dakwah Islam di Kalimantan. Di antaranya adalah Pangeran Mufti Ahmad, Tuan Guru Mulkani Al Banjari, dan banyak ulama lainnya yang lahir dari rahim pernikahan ini. Mereka tidak hanya mendalami ilmu agama, tetapi juga memperkenalkan dakwah dengan cara yang menghormati budaya lokal, menjadikannya lebih mudah diterima oleh masyarakat Banjar pada masa itu.

Baca Juga:

MENGENAL USMAN DUNDRUNG BUPATI PERTAMA TABALONG (1966-1972)

Namun, dakwah Datuk Kalampayan tidak berhenti pada suku Banjar saja. Salah satu kontribusi signifikan datang dari keterlibatan suku Bugis. Sejarah mencatat bahwa Syekh Abdul Wahab Bugis, seorang tokoh ulama besar yang juga merupakan menantu dari Datuk Kalampayan, menjadi bagian penting dalam penyebaran ajaran Islam di wilayah Kalimantan. Dari pernikahan dengan salah satu putri Datuk Kalampayan, Syekh Abdul Wahab Bugis menurunkan sejumlah ulama terkemuka yang berperan besar dalam pengembangan ilmu agama, salah satunya adalah Alm. Datu Taniran yang terkenal di kawasan Kandangan.

Melalui hubungan baik yang terjalin antara Datuk Kalampayan dengan suku Bugis, ajaran Islam dapat diterima oleh masyarakat yang lebih luas, bahkan melintasi batas-batas suku dan budaya. Syekh Abdul Wahab Bugis bukan hanya dikenal sebagai tokoh spiritual, tetapi juga sebagai penghubung antara masyarakat Bugis dengan umat Islam di Kalimantan, memperkuat ikatan dakwah yang lebih luas.

Yang tak kalah menarik, ternyata dakwah Datuk Kalampayan juga melibatkan etnis China, yang menunjukkan betapa luasnya pengaruh dakwah beliau. Istri kedua Datuk Kalampayan, Go Hwat Nio (atau lebih dikenal dengan nama Tuan Guwat), adalah seorang wanita keturunan China yang turut memperkuat jalannya dakwah Islam di kalangan masyarakat China. Dari pernikahan ini, lahir banyak ulama besar yang kemudian berperan penting dalam perkembangan agama Islam di Kalimantan.

Salah satu keturunan dari pasangan ini adalah Alm. Syekh Abdul Shamad Bakumpai, seorang tokoh yang sangat dihormati dalam sejarah Islam di Kalimantan. Keturunan Datuk Kalampayan dari etnis China ini membuktikan bahwa dakwah Islam yang dibawa oleh beliau tidak hanya untuk satu suku atau ras saja, melainkan mampu merangkul berbagai kalangan, termasuk masyarakat China yang pada waktu itu masih terbilang sangat terpisah dari komunitas mayoritas.

Baca Juga:

KH. ASMUNI (Guru Danau)

Apa yang dapat kita pelajari dari perjalanan dakwah Datuk Kalampayan adalah betapa pentingnya keragaman dan persatuan dalam menyebarkan ajaran agama. Beliau tidak memandang latar belakang etnis sebagai penghalang dalam berdakwah, melainkan sebagai sarana untuk saling mengenal dan mempererat tali persaudaraan.

Dengan adanya berbagai suku yang terlibat, dakwah Islam di Kalimantan, khususnya di wilayah sekitar Sapat, menjadi lebih inklusif dan merangkul beragam lapisan masyarakat. Hal ini tidak hanya mempercepat proses penyebaran agama, tetapi juga membangun solidaritas antara suku-suku yang berbeda, menjadikan Islam sebagai agama yang dapat diterima oleh seluruh lapisan masyarakat.

Dakwah Datuk Kalampayan bukan sekadar ajaran agama, tetapi juga menjadi jembatan antara berbagai suku dan etnis di Kalimantan. Dengan melibatkan Suku Banjar, Bugis, dan China, Datuk Kalampayan telah menciptakan sebuah fondasi dakwah yang kokoh, yang masih terasa pengaruhnya hingga kini. Lewat keteladanan beliau, kita belajar bahwa dakwah yang berhasil adalah dakwah yang merangkul, tidak memandang perbedaan, dan selalu mengedepankan ukhuwah Islamiyah. Di tengah dunia yang semakin terhubung ini, semangat untuk terus menjaga keberagaman dalam menyebarkan kebaikan menjadi pelajaran berharga yang patut kita lanjutkan.

Sobat Pustaka, mari kita terus melestarikan dan mengembangkan warisan dakwah yang telah ditinggalkan oleh tokoh besar seperti Datuk Kalampayan, agar Islam tetap bisa menyentuh hati setiap kalangan, tanpa terkecuali.

Baca Juga:

Demang Lehman, Jejak Perjuangan Beberapa Pahlawan dari Kesultanan Banjar

 

0 Response to "Dakwah Datuk Kalampayan"

Post a Comment