Menelusuri Jejak Spiritual Datu Suban di Kalimantan Selatan

Menelusuri Jejak Spiritual Datu Suban di Kalimantan Selatan 


Kalimantan Selatan, dengan kekayaan sejarah dan budayanya, menyimpan banyak tempat bersejarah yang sering dikunjungi oleh masyarakat. Salah satu yang paling menonjol adalah makam Datu Suban, seorang ulama besar dan tokoh spiritual yang dihormati. Terletak di Desa Tandui, Kecamatan Tapin Selatan, makam Datu Suban tetap terawat dengan baik, menjadi saksi bisu dari warisan spiritual dan keilmuan yang ditinggalkan oleh beliau.

Datu Suban dikenal luas sebagai ulama ahli Ilmu Tasawuf. Namun, keahliannya tidak berhenti di situ. Beliau menguasai berbagai ilmu lain yang jarang dimiliki oleh satu individu saja. Datu Suban adalah sumber pengetahuan yang tak terbatas, memberikan pelajaran berharga bagi banyak orang yang mencari ilmu kepadanya.

Datu Suban tidak menjalani perjalanannya sendirian. Beliau memiliki 13 murid setia yang datang untuk menimba ilmu darinya. Nama-nama mereka dikenal dengan baik: Datu Murkat, Datu Taming Karsa, Datu Niang Thalib, Datu Karipis, Datu Ganun, Datu Argih, Datu Ungku, Datu Labai Duliman, Datu Harun, Datu Arsayana, Datu Rangga, Datu Galuh Diang Bulan, dan Datu Sanggul. Para murid ini tidak hanya menerima ilmu dari Datu Suban, tetapi juga menjadi penerus ajarannya, memastikan bahwa warisan beliau tidak akan hilang begitu saja.

Baca juga:

Mengenal Sosok Guru Muda Haji Ahmad Barmawi Kulur

Sebagai seorang Wali Allah, Datu Suban dikenal memiliki karomah kasyaf, kemampuan luar biasa yang diberikan oleh Allah SWT. Salah satu karomah yang paling menonjol adalah kemampuannya untuk membaca dan mengajarkan Kitab Barencong. Kitab ini beliau dapatkan dari Datu Nuraya yang datang membawa kitab tersebut. Kitab Barencong mengandung banyak ilmu, baik didunia maupun akhirat, menjadikannya salah satu sumber pengetahuan yang sangat berharga.

Datu Suban tidak hanya mengajarkan ilmu, tetapi juga memberikan contoh tentang bagaimana menghadapi akhir hayat dengan keimanan yang kuat. Beliau mengetahui dengan pasti kapan waktu kematiannya akan tiba. Tujuh hari sebelum wafat, dari mata beliau keluar sosok bercahaya berpakaian hijau, sebagai tanda peringatan. Empat hari sebelum wafat, tubuh beliau mengeluarkan cahaya putih terang dan harum. Ini adalah tanda bahwa tiga hari lagi beliau akan meninggalkan dunia fana.

Menjelang wafat, Datu Suban memanggil seluruh muridnya dan memberitahu mereka bahwa waktu perpisahan sudah dekat. Beliau mengingatkan mereka tentang ketentuan Allah yang tertuang dalam Surah An Nahl, Ayat 61, yang artinya: "Apabila sudah tiba waktu yang ditentukan maka tidak seorangpun yang dapat mengundurkannya dan juga tidak ada yang dapat mendahulukannya." 

Baca juga:

Mengenal Guru Syairazi Ulama dari Kandangan

Pada saat kewafatan, Datu Suban memancarkan cahaya terang yang lenyap ditelan cahaya rembulan. Para murid yang menyaksikan kejadian tersebut mengucapkan, "Innalillahi wa innaa ilaihi raaji’uun," sebagai bentuk penghormatan dan pengakuan atas kebesaran Allah.

Makam Datu Suban di Desa Tandui, Kecamatan Tapin Selatan, bukan sekadar tempat peristirahatan terakhir seorang ulama. Ini adalah monumen hidup dari warisan spiritual yang kaya dan mendalam. Datu Suban, dengan segala keilmuannya, murid-murid setianya, serta karomahnya, tetap menjadi inspirasi bagi banyak orang. Menelusuri jejak spiritual beliau adalah cara untuk menghargai dan menghidupkan kembali ajaran-ajaran mulia yang beliau tinggalkan.

Baca juga:

Mengenal Pangeran Muhammad Noor, Bapak Bangsa Asal Kalimantan Selatan


0 Response to "Menelusuri Jejak Spiritual Datu Suban di Kalimantan Selatan"

Post a Comment