Peran Pustakawan Dalam Melaksanakan Program Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial

Peran Pustakawan Dalam Melaksanakan Program Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial


Perpustakaan sejak dahulu telah menjadi fondasi dalam penyebaran ilmu pengetahuan yang dapat menjangkau masyarakat secara luas. Beberapa dekade lalu mungkin terkesan perpustakaan sebagai lembaga eksklusif kaum terpelajar. Sejatinya justru perpustakaan berperan penting dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Meningkatkan angka melek alfabet bagi masyarakat yang belum terjangkau program pemberantasan buta huruf secara masiv.

Inklusi Sosial bermakna sebagai sebuah pendekatan untuk mengembangkan sebuah lingkungan yang terbuka dan melibatkan semua orang dari berbagai latar belakang (budaya, agama, karakteristik, dan lain sebagainya). 

Semua orang memiliki hak dan melaksanakan kewajiban secara setara. Maka Inklusi sosial adalah lingkungan sosial yang ramah dan meniadakan hambatan karena semua stakeholderyang terlibat saling menghargai perbedaan.

 Penyebab:

  • Keadaan  materi seseorang dan kemampuan akses informasi terkait TIK.
  • Tak tersedianya informasi yang berkualitas dan kurangnya akses yang dibutuhan.
  • Ketidakmampuan orang dalam mendapatkan informasi yang berguna akibat pendidikan, pengalaman dan kontekstual

Solusi:

  • Peningkatan akses informasi.
  • Penguatan infrastruktur informasi.
  • Penguatan konteks  informasi bagi individu.


Hasil yang diharapkan adalah terciptanya keadilan informasi dan peningkatan literasi informasi yang akan berdampak pada meningkatnya kesejahteraan masyarakat.

Mengingat pentingnya Literasi dalam meningkatkan kualitas pendidikan nasional, maka Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan menjadikan penguatan literasi dalam kebijakan pendidikan nasional sebagai fondasi dalam menciptakan sumberdaya manusia yang memiliki daya saing di masa datang.

Dalam era informasi yang semakin mudah terjangkau, diharapkan memiliki efek positif dalam meningkatnya kualitas pemahaman literasi pada generasi muda. Kecakapan yang dibutuhkan pada abad 21 adalah:

  1. Karakter, kemampuan beradaptasi pada lingkungan yang dinamis
  2. Literasi kemampuan menerapkan kecakapan dasar sehari-hari.
  3. Kopetensi, kemampuan memecahkan masalah sehari-hari

Tiga kecakapan tersebut merupakan fondasi yang kuat bagi sumber daya manusia Indonesia untuk dapat bersaing dalam industri global, serta menempatkan Indonesia sebagai negara dengan masyarakat yang makmur.

Anggaran yang dibutuhkan dalam skala nasional untuk membangun sara dan prasarana peprustakaan berbasis inklusi memang tidak murah, namun hal itu menjadi penting mengingat peran perpustakaan dengan pustakawan sebagai ujung tombak pelaksana dalam menjalankan program yang berdampak bagi meningkatnya kesejahteraan masyarakat.

Hal ini menjadi krusial mengingat hasil kajian mengenai tingkat budaya baca menunjukkan Indonesia berada di kategori rendah dengan nilai rata-rata 52,92. (Perpusnas 2018)Sementara kajian mengenai tingkat budaya baca menunjukkan Indonesia berada di kategori rendah dengan nilai rata-rata 52,92. (Perpusnas 2018).

 

 Peran Pustakawan

Berdasarkan data dari OCLC (Online Computer Library Center)Lembaga jejaring Perpustakaan yang berbasis di Amerika Serikat  tahun 2018 menempatkan Indonesia menempati peringkat ke-2 dunia jumlah perpustakaan tertinggi. India menempati posisi pertama dengan jumlah 323,605 perpustakaan. Peringkat ke-3 Rusia 113,440 perpustakaan dan ke-4 China 105,831 perpustakaan.

 Namun faktanya, baru 41% dari total penduduk Indonesia yang memanfaatkan Perpustakaan dengan tingkat kunjungan perpustakaan kurang dari 2% per hari dari jumlah penduduk. 

Oleh sebab itu pustakawan sebagai unjung tombak penggerak literasi diharapkan mampu menjadikan perpustakaan sebagai tempat masyarakat mencari informasi maupun mengembangkan potensi-potensi lainnya yang berdampak meningkatkan kemampuan dan kompetensi dalam meningkatkan perekonomian masyarakat secara signifikan.

 Mendekatkan diri serta memetakan kebutuhan masyarakat dan mengakomodasinya sebagai satu kesatuan dalam program perpustakaan. Karakteristik masing-masing daerah dengan keunikan dan kebutuhan yang spesifik harus menjadi perhatian, jangan sampai apa yang disediakan bukanlah apa yang dibutuhkan.

Misalnya sebuah desa nelayan akan berbeda pendekatan dengan desa berbasis pertanian. Pustakawan di masing-masing daerahlah yang memahami kekuatan lokal dan menjadikannya sebagai program pemberdayaan masyarakat dalam meningkatkan kemampuan ekonomi dan industri.

Sebuah peran dengan tanggung jawab yang sangat besar diemban oleh para pustakawan di seluruh Indonesia. Harapan ke depan tentunya masyarakat semakin dekat dan bersama dengan perpustakaan mampu menghsilkan sinergi bagi kesejahteraan masyarakat.

 

0 Response to "Peran Pustakawan Dalam Melaksanakan Program Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial"

Post a Comment