Peran Story telling dalam Menumbuhkan Minat Baca Anak

Peran Story telling dalam Menumbuhkan Minat Baca Anak 

Apa sebenarnya Story telling? Menurut Pellowski (1997) Story telling adalah seni dari sebuah keterampilan bernarasi dalam bentuk syair dan prosa, yang dipertunjukkan atau yang dipimpin oleh satu orang di hadapan audience secara langsung dimana cerita tersebut dapat dinarasikan dengan cara diceritakan atau dinyanyikan, dengan atau tanpa music, gambar ataupun iringan lain yang mungkin dapat dipelajari secara lisan, baik melalui sumber tercetak, ataupun sumber rekaman mekanik. 

Story telling merupakan seni berbicara yang dapat digunakan sebagai sarana untuk menanamkan nilai-nilai pada anak yang dilakukan tanpa harus menggurui sang anak. Story telling merupakan proses kreatif anak-anak yang dalam perkembangannya senantiasa mengaktifkan bukan hanya aspek intelektual saja tetapi juga aspek kepekaan, kehalusan budi, seni, emosi, dan imajinasi. 

Story telling banyak memberikan manfaat dalam membantu pertumbuhan anak-anak. Dengan perkembangan teknologi informasi saat ini perpustakaan juga mengalami perubahan, dahulu perpustakaan hanya berfungsi sebagai tempat untuk meminjamkan pustaka, saat ini semakin berkembang fungsinya. Hal ini terbukti dengan jenis layanan yang disediakan oleh perpustakaan yang semakin beragam, contohnya adalah layanan story telling. Layanan ini dapat meningkatkan minat baca anak usia dini, usia taman kanak-kanak maupun usia sekolah dasar. Dari karya ilmiah ini penulis ingin mengetahui bagaimana peran story telling di perpustakaan Kabupaten Tabalong  dan bagaimana perubahan sikap anak-anak setelah mengikuti kegiataan story telling di perpustakaan tersebut. 

Kegiatan  story telling  ini  dilakukan  dengan melibatkan  sekolah-sekolah  yang berada  di  sekitar  perpustakaan. Teknik yang digunakan dalam karya ilmiah ini adalah deskriptif kualitatif. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi yang dilakukan di Dinas Perpustakaan dan Kersipan Kabupaten Tabalong yang mengikuti kegiatan story telling, di ketahui bahwa kegiatan story telling merupakan suatu layanan yang diberikan oleh Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Tabalong karena dapat memberikan dampak positif bagi perkembangan kepribadian anak tersebut. Dari pemangatan penulis dengan adanya kegiatan story telling yang diberikan kepada anak-anak usia dini, taman kanak-kanak maupun usia sekolah dasar menyukai kegiatan tersebut dan promosi bagi perpustakaan dalam mengenalkan perpustakaan tersebut.

Anak-anak  sekarang  ini  tidak  mementingkan  untuk  mengunjungi perpustakaan  dan  mengetahui  apa  saja  yang  terdapat  di  dalam  perpustakaan. Anak-anak sekarang  lebih berminat menggunakan media-media  yang praktis untuk  mendapatkan  ilmu  pengetahuan  dalam  pembelajarannya  seperti menggunakan  media  elektronik  televisi  dan  internet  untuk  penunjang  proses belajarnya. Hal seperti ini yang membuat anak-anak tidak lagi berminat untuk mengunjungi  perpustakaan.  Adapun  anak-anak  yang  mengunjungi perpustakaan,  tetapi mereka  tidak mengetahui  apa  yang  sebenarnya  fungsi  dan kegunaan  dari  perpustakaan  itu  sendiri, mereka  hanya  bermain-main  dan  pada dasarnya  anak yang  mengunjungi  perpustakaan  tersebut  hanya  anak yang  mendapatkan  ajakan  dari  orangtua  yang  masih  mengerti  dan  mau menanamkan kepada anak mereka tentang perpustakaan. 

Kendala seperti ini yang memicu para pustakawan dan pihak perpustakaan untuk mengadakan program  story telling agar anak-anak lebih mementingkan untuk mengunjungi perpustakaan dan mengenal  tentang perpustakaan. Kegiatan story telling  ini  membuat  pihak  perpustakaan  berharap  agar  anak-anak berminat  untuk  mengunjungi  perpustakaan  dan  mengetahui  semua  tentang perpustakaan.  Kegiatan  story telling  di Dinas  Perpustakaan dan Kearsipan  Kabupaten Tabalong  ini  dilakukan  dengan  berbagai  tema  yang  menyangkut  dengan perpustakaan,  yang mana  tema  yang  diceritakan  atau  yang  didongengkan  pada kegiatan ini berlandaskan kepada anak usia dini, taman kanak-kanak maupun sekolah dasar dan temanya yang sesuai dengan umur  anak.  Tema  yang  diceritakan  pada  anak tersebut tidak tema  yang  susah untuk  dipahami  dan membuat  anak  tersebut bingung dan tidak tertarik dengan dongeng yang diceritakan pada kegiatan story telling.

Layanan story telling di perpustakaan digunakan untuk promosi perpustakaan, kegiatan ini perlu dilakukan. Karena kenyataan menunjukkan begitu rendah apresisasi masyarakat terhadap perpustakaan. Ini dapat dilihat dengan rendahnya pemanfaatan perpustakaan.
Salah satu cara efektif untuk menembut pembatas dan penghalang komunikasi antara perpustakaan dan penggunanya adalah dengan mengadakan kegiatan perpustakaan yang melibatkan staf perpustakaan dan penggunanya. Promosi dapat dilakukan melalui berbagai cara dan kegiatan yang dinilai tepat oleh pustakawan untuk menarik minat pemustaka untuk berkunjung ke perpustakaan. Kegiatan dapat bersifat formal maupun tidak formal, salah satu kegiatannya adalah story telling.
Menurut Murti Bunanta story telling bisa digunakan sebagai sarana promosi, sosialisasi dan pendayagunaan perpustakaan bagi anak-anak. Selain itu menurut beberapa pakar anak di Indonesia, story telling dapat meningkatkan bakat, imajinasi dan kecerdasan anak-anak. Dengan pemberian story telling di perpustakaan, anak-anak diharapkan memiliki minat yang besar terhadap buku dan perpustkaan. Karena pada masa ini anak-anak memiliki rasa ingin tahu yang besar akan suatu hal. Anak-anak tidak dapat dipaksa untuk menyukai sesuatu hal, story telling dapat menyampaikan pesan tanpa terkesan menggurui dan memaksakan pendapat. Anak-anak perlu diberi contoh, itulah yang mendasari bahwa dengan story telling di perpustakaan diharapkan bisa menanamkan rasa cinta akan perpustakaan dan bisa digunakan sebagai sarana pengenalan dan promosi perpustakaan kepada anak-anak.  

Manfaat story telling adalah mengembangkan imajinasi dan memperluas minatnya mendengarkan cerita. Dari cerita, anak belajar mengenal manusia dan kehidupan, serta dirinya sendiri. Lewat cerita-cerita yang disampaikan, anak meluaskan dunia dan pengalaman hidupnya. Oleh karena itu mendongeng atau bercerita pada anak adalah yang amat perlu kita lakukan, baik oleh guru, pustakawan maupun orang tua.
Berbagai program yang dilakukan dalam story telling oleh Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Tabalong, antara lain:
  • Melalui acara yang tidak ada kaitannya dengan secara langsung dengan buku, tetapi karena dilaksanakan di perpustakaan maka diharapkan anak akan tertarik melihat-lihat dan akhirnya membaca buku.
  • Mengadakan acara yang langsung berhubungan dengan buku
  • Kegiatan mendongeng secara langsung tanpa alat peraga atau dengan jalan membacakan cerita. Kegiatan ini bisa melibatkan anak dengan memintanya menjadi salah satu tokoh. Bisa juga mendongeng dengan boneka dan alat peraga lain. Membacakan cerita tidak hanya bagi yang belum dapat membaca saja, tetapi anak yang sudah besar pun akan menyukainya. 
  • Mengatur kerja sama dengan guru-guru, orang tua dan relawan yang mempunyai minat pada buku.

Promosi merupakan metode yang digunakan untuk menginformasikan, membujuk dan mengingatkan pemakai tentang institusi beserta sumber-sumber yang ada didalamnya dan juga layanan yang diberikan.

Promosi adalah mekanisme persuasif pemasaran dengan memanfaatkan teknik-teknik hubungan masyarakat. Jadi promosi perpustakaan adalah metode yang digunakan untuk menginformasikan, membujuk dan mengingatkan pemakai perpustakaan tentang perpustakaan tersebut beserta sumber-sumber yang ada didalamnya dan layanan yang diberikan oleh perpustakaan tersebut.

Tujuan promosi perpustakaan menurut Edsall adalah memberikan kesadaraan kepada masyarakat tentang adanya pelayanan perpustakaan. Mendorong minat masyarakat untuk menggunakan perpustakaan. Mengembangkan pengertian masyarakat agar mendukung kegiatan perpustakaan dan perannya dalam masyarakat.

Kegunaan promosi, antara lain:
  • Membangun pandangan yang positif bagi para pemakainya dan mendorong penggunaannya secara efektif.
  • Sebagai sarana di mana pustakawan dapat menyuarakan permasalahannya kepada masyarakat luar.
  • Menunjukkan kepada masyarakat bahwa pustakawan mampu menciptakan agenda yang berkaitan dengan pengambilan keputusan dalam bidang pendidikan.
  • Menyampaikan pesan yang benar kepada orang yang benar pula.
  • Membujuk secara efektif dalam lingkungan politik dan ekonomi.
  • Membangun kerjasama dengan masyarakat.

Berbagai kegiatan yang berkaitan dengan promosi perpustakaan biasanya dilakukan pustakawan sesuai kreasi. Beberapa kegiatan yang berkenaan dengan promosi dapat digolongkan pada program kegiatan, dan yang lainnya dapat berupa aktivitas regular. Kegiatan-kegiatan tersebut dapat digolongkan menjadi empat bagian, yaitu sebagai berikut:

Sarana 
Ada beberapa sarana promosi yang dapat dibuat perpustakaan antara lain brosur, laporan kegiatan (newsletter), laporan tahunan, bookmark, poster, booklet, dokumentasi, logo, slogan, direktori perpustakaan, jadwal kunjungan perpustakaan dan tegabung dalam sebuah organisasi.
Program atau Acara Khusus
Program atau acara khusus terdiri dari:
  • Pengenalan perpustakaan (Library Instruction)
  • Pameran atau display
  • Presentasi
  • Seminar
  • Bazaar 
  • Storytelling

Media
Kegiatan promosi perpustakaan dapat dilakukan dengan berbagai macam media, seperti televisi, radio dan surat kabar, juga media-media lainnya.

Pesan yang Disampaikan Secara Langsung
Kegiatan promosi yang tidak membutuhkan dana adalah dengan menunjukkan pesan secara langsung dan tingkah laku yang baik kepada para pemakai. Dengan cara antara lain, selalu bersikap sopan dan ramah, membuat jam buka yang menyenangkan bagi siswa dan masyarakat, membuat perpustakaan itu benar-benar ditujukkan secara khusus untuk para pengunjungnya dan memberikan layanan informasi yang berkualitas.

Agar promosi berhasil sebaiknya dilakukan secara terus menerus. Karena dengan adanya layanan yang kualitas yang diberikan perpustakaan dapat berguna sebagai penarik minat masyarakat mengunjungi perpustakaan dan memanfaatkan koleksi yang ada. Selain itu, promosi dapat juga digunakan oleh perpustakaan untuk menggalang dana dan mendapatkan kerjasama dengan pihak-pihak dari luar perpustakaan, seperti lembaga atau organisasi.

Dalam penelitian ini, salah satu dampak dari kegiatan story telling adalah perubahan sikap. Perubahan sikap berhubungan dengan psikologi. 
Menurut psikologi, sikap merupakan pola reaksi individu terhadap sesuatu stimulus/lingkungan.

Sikap (attitude) diartikan sebagai suatu kecenderungan untuk mereaksi terhadap suatu hal, berupa orang atau benda, suka atau tidak suka, acuh atau tak acuh. Sikap itu mungkin terarahkan terhadap benda-benda, orang-orang, tetapi juga peristiwa-peristiwa, pemandangan, lembaga, norma-norma dan nilai-nilai dalam kehidupan.

Perwujudan atau terjadinya sikap seseorang itu dapat dipengaruhi oleh faktor pengetahuan, kebiasaan dan keyakinan, karena itu membentuk atau membangkitkan suatu sikap yang positif atau untuk menghilangkan suatu sikap yang negatif dapat dilakukan dengna memberitahukan/menginformasikan faedah/kegunaan, dengan membiasakan atau dengan dasar keyakinan. Orang tidak dilahirkan dengan membawa sikap tertentu. Biasanya pengaruh-pengaruh yang datang tercampur ke dalam pengalaman. Meskipun manusia selalu berusaha untuk mengubah sikap orang lain, ternyata sikap itu sekali terbentuk agak sukar diubah. Psikolog Herbert Kelman mengatakan, sikap mental yang telah berkembang dengan sangat baik dalam diri seseorang akan memberikan bentuk pada pengalaman orang itu terhadap objek sikap mereka. Hal tersebut akan mempengaruhi pemilihan informasi yang ada di sekeliling objek tersebut; mana yang akan diperhatikan mana yang akan diabaikan. Sementara sikap berubah dengan sangat perlahan, ternyata sikap dapat berganti-ganti bila orang dihadapkan pada informasi dan pengalaman yang baru.

Dari penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa sikap adalah kecenderungan untuk bereaksi terhadap suatu hal, baik dengan suka, tidak suka, dan acuh tak acuh sesuai dengan pikiran orang tersebut terhadap sesuatu melalui informasi yang diperolah dan setelah pengamatan secara perlahan-lahan. Sedangkan perubahan sikap adalah proses berubahnya sikap seseorang terhadap suatu hal setelah melakukan pengamatan.
Kaitan antara story telling dengan perubahan sikap Pengalaman pribadi dan pengalaman orang lain yang diceritakan pada saat story telling akan memberikan dampak dan pengetahuan serta pelajaran pada anak bagaimana sebaiknya bersikap. Melalui story telling anak bisa mendapatkan pengalaman baru tentang hal yang belum diketahuinya.

Melalui cerita-cerita tentang kebudayaan yang diceritakan, anak mendapat pengetahuan dan gambaran mengenai budaya lain yang belum pernah dialami dan dilihat meskipun tidak melihat secara langsung.

Dengan menceritakan tokoh-tokoh penting seperti tokoh-tokoh terkenal di dunia dalam berbagai bidang ilmu, akan memberikan dorongan pada anak-anak untuk rajin belajar dan sekolah jika ingin seperti tokoh-tokoh tersebut.

Berkembangnya dunia informasi melalui berbagai media massa yang ada, anak perlu diceritakan tentang sisi positif dan negatifnya media-media seperti acara televise dan berita di koran. Dengan demikian anak bisa mengerti apa yang bagus untuk ditiru melalui tayangan media elektronik dan cerita-cerita dalam media cetak.

Pentingnya institusi pendidikan dan keagamaan seperti sekolah untuk menyediakan kegiatan story telling kepada anak akan sangat membantu dalam perubahan sikap dan pembentukan sikap anak menjadi anak-anak yang berbakti. Karena anak telah terbiasa mendapat cerita-cerita yang baik di lingkungan sekolah.

Dalam sebuah cerita, terdapat tokoh baik dan buruk. Sang tokoh baik berkelakuan terpuji dan terjaga emosinya, sedangkan tokoh jahat cenderung berkelakuan tercela dengan emosi yang meledak-ledak. Dengan bercerita, anak bisa mengerti bagaimana seharusnya menjaga emosi dan mengerti tentang perasaan manusia.  

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode deskriptif  kualitatif.  Pengumpulan  data dilakukan melalui observasi di Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Tabalong dan wawancara dengan anak-anak yang mengikuti kegiatan storytelling di Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Tabalong.

Pelaksanaan story telling di Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Tabalong dalam satu bulan bisa lebih dari 5 kali. Perpustakaan tidak pernah menjadwalkan secara rinci kapan akan mengadakan story telling. Biasanya diadakan untuk memperingati acara-acara tertentu dan ketika guru meminta diadakan story telling, sehingga tidak ada jadwal tetap. Meskipun begitu kegiatan story telling selalu diutamakan di perpustakaan, yang bertindak sebagai storyteller/pencerita berasal dari pihak pustakawan, guru, bahkan para siswa sendiri. Tujuan perpustakaan dan guru dalam mempersilahkan siswa menjadi storyteller adalah untuk menanamkan sikap dan rasa percaya diri anak-anak secara dini untuk tampil di muka umum dan bercerita kepada khalayak ramai. Tempat pelaksanaan story telling tidak selalu di perpustakaan, tapi juga di aula disesuaikan dengan tema dan kegiatan yang akan diadakan.

0 Response to "Peran Story telling dalam Menumbuhkan Minat Baca Anak "

Post a Comment