Memperjuangkan Masjid Terujung di Awang Landas HST: Harapan Jemaah untuk Marbot dan Perbaikan

Memperjuangkan Masjid Terujung di Awang Landas HST: Harapan Jemaah untuk Marbot dan Perbaikan

Di ujung Desa Sungai Buluh, Kecamatan Labuan Amas Utara (LAU), Hulu Sungai Tengah (HST), terdapat sebuah Masjid yang menyimpan kisah unik dan haru. Masjid Nurul Huda, yang berdiri megah di RT. 09 Dusun Awang Landas, menjadi saksi bisu perjuangan jamaahnya yang tak kenal lelah dalam menjaga keberadaannya di tengah terpaan badai banjir dan keprihatinan akan kondisinya yang semakin lapuk.

Kisah masjid ini sempat viral ketika jamaahnya terpaksa melaksanakan shalat di atas perahu saat banjir merendam bangunan masjid. Akses menuju masjid yang hanya bisa dilalui menggunakan perahu menambah kesan mistis dan penuh tantangan bagi para jemaah. Namun, di balik kesulitan tersebut, harapan untuk memiliki seorang marbot yang setia dan perbaikan untuk memulihkan kondisi masjid telah menjadi dambaan bagi warga sekitar.

Abah Basri, salah satu warga setempat, turut berbagi cerita tentang perjuangan menjaga Masjid Nurul Huda. Dikatakannya bahwa masjid tersebut telah kehilangan marbot tetap sejak setahun terakhir, ketika marbot sebelumnya memutuskan untuk pindah ke Samarinda, Kalimantan Timur (Kaltim). Sejak saat itu, masjid menjadi terlantar dan diurus secara swadaya oleh warga sekitar.

Meskipun telah beberapa kali direhabilitasi, kondisi bangunan masjid semakin memburuk akibat seringnya terendam banjir. Kurangnya perawatan karena ketiadaan marbot membuat masjid terkesan kurang terurus. "Tandon air wudhu kosong karena pompanya tidak berfungsi. Jemaah terpaksa mengambil air wudhu dari jembatan titian," ungkap Abah Basri dengan nada prihatin.

Masjid yang telah berdiri lebih dari 40 tahun ini memang menjadi pusat kegiatan keagamaan bagi warga sekitar. Namun, upaya perbaikan yang dilakukan secara swadaya oleh warga terbatas oleh keterbatasan ekonomi mereka. Mayoritas warga hanya bekerja sebagai nelayan dengan penghasilan yang tergolong menengah ke bawah.

"Pemasukan masjid hanya terjadi saat perayaan Idul Fitri atau Idul Adha. Namun, jumlahnya tidak mencukupi untuk biaya perbaikan yang dibutuhkan," papar Abah Basri. Dengan kondisi ekonomi yang tidak stabil dan rutinitas sebagai nelayan yang padat, sulit bagi warga untuk menyisihkan waktu dan uang untuk merawat dan memperbaiki masjid.

Namun, harapan tidak pernah padam. Jemaah Masjid Nurul Huda tetap bersemangat untuk menjaga keberadaan masjid ini. Mereka berharap agar pemerintah setempat dan masyarakat luas dapat memberikan perhatian dan dukungan yang dibutuhkan. Keberadaan seorang marbot yang setia akan menjadi kunci untuk merawat masjid dan menghidupkan kembali kegiatan keagamaan di tengah-tengah masyarakat.

Masjid Nurul Huda di Dusun Awang Landas HST bukan hanya sebuah bangunan, melainkan juga simbol perjuangan dan harapan bagi jemaatnya. Semoga, dengan bantuan dan perhatian dari semua pihak, masjid ini dapat terus berdiri kokoh dan menjadi tempat yang memberikan kedamaian dan keberkahan bagi seluruh umat muslim di sekitarnya.

0 Response to "Memperjuangkan Masjid Terujung di Awang Landas HST: Harapan Jemaah untuk Marbot dan Perbaikan"

Post a Comment