Makan Batalam Bakipas Pangeran, Tradisi Kebersamaan di Tabalong
Halo Sobat Pustaka! Pernahkah kalian mendengar tentang tradisi Makan Batalam Bakipas Pangeran dari Kabupaten Tabalong, Kalimantan Selatan? Tradisi unik ini selalu hadir saat peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di bulan Rabiul Awal, dan tak hanya menawarkan kenikmatan kuliner, tapi juga menonjolkan kekuatan kebersamaan. Mari kita simak lebih jauh tentang tradisi yang satu ini!
Kebersamaan dalam Tradisi Gawi Sabumi
Makan Batalam Bakipas Pangeran bukan hanya soal makanan, Sobat Pustaka! Lebih dari itu, tradisi ini mencerminkan budaya gawi sabumi, sebuah semangat gotong-royong yang lekat dalam kehidupan masyarakat Desa Bangkiling, Kecamatan Banua Lawas. Bayangkan, sebuah acara besar di mana seluruh warga dari berbagai desa berkumpul, berbagi satu nampan besar (talam) berisi makanan lezat seperti ayam atau bebek bakar.
Makan dalam satu talam dengan lima atau enam orang lainnya menjadi simbol kebersamaan yang sangat kuat. Bagi masyarakat Tabalong, ini adalah cara mereka merayakan Maulid Nabi dengan penuh keakraban dan persatuan. Tradisi ini memperlihatkan betapa pentingnya kebersamaan dalam merayakan momen bersejarah. Tak hanya sebagai ritual keagamaan, tapi juga cara untuk memperkuat hubungan antarwarga.
Baca Juga:
Menguak Korupsi di Balik Proyek Infrastruktur Kalsel
Budaya Kuliner Lokal: Makanan dalam Talam
Nah, Sobat Pustaka, makanan yang disajikan dalam talam pun nggak sembarangan. Satu talam biasanya berisi seekor ayam atau bebek yang disajikan utuh, tanpa dipotong. Dilengkapi dengan sup segar, kecap, cabai, dan perasan jeruk, sajian ini benar-benar menggugah selera. Masakan-masakan tersebut adalah bagian dari identitas kuliner lokal Tabalong yang kaya rasa dan budaya.
Selain lezat, penyajian makanan dalam satu talam juga memiliki makna tersendiri. Makanan ini bukan hanya untuk dinikmati secara individu, tetapi menjadi simbol berbagi dan kebersamaan. Bayangkan, Sobat Pustaka, menikmati satu talam makanan bersama teman-teman atau keluarga, pastinya menciptakan suasana hangat dan akrab.
Lebih menarik lagi, makanan ini diantar dengan perahu tradisional bernama kelotok, lalu dibawa menuju masjid tempat acara berlangsung. Proses ini menambah unsur tradisional dan meriah dalam perayaan tersebut.
Baca Juga:
Meningkatkan Literasi Kewirausahaan Masyarakat Sekitar Tambang PT Arutmin Kintap dan UT Banjarmasin
Pelestarian Budaya di Tengah Modernisasi
Di tengah gempuran modernisasi, Sobat Pustaka, tradisi Makan Batalam Bakipas Pangeran tetap dipertahankan sebagai kearifan lokal yang harus dilestarikan. Pemerintah daerah, melalui Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Tabalong, terus memberikan dukungan penuh untuk memastikan tradisi ini tidak hilang ditelan zaman. Bahkan, Pj Bupati Tabalong bersama jajaran pemerintah, perusahaan, dan akademisi turut hadir dalam acara ini sebagai bentuk dukungan nyata terhadap pelestarian budaya.
Lebih dari sekadar tradisi makan bersama, Makan Batalam Bakipas Pangeran adalah warisan tanpa benda (WTB) yang mencerminkan identitas dan kebanggaan masyarakat Banua Lawas. Semangat kebersamaan yang dibawa oleh tradisi ini harus terus dijaga dan diwariskan ke generasi berikutnya.
Jadi, Sobat Pustaka, pelestarian tradisi ini sangat penting, apalagi di era digital seperti sekarang. Penting bagi kita semua untuk memiliki literasi budaya yang baik agar kita bisa menjaga dan melestarikan warisan leluhur kita. Jangan sampai, hanya karena modernisasi, kita melupakan akar budaya kita yang begitu kaya. Literasi budaya menjadi kunci agar tradisi seperti Makan Batalam Bakipas Pangeran tetap hidup dan terus menjadi bagian dari identitas masyarakat Tabalong.
Dengan menulis, membaca, dan memahami lebih dalam tentang budaya seperti ini, kita juga ikut serta dalam menjaga keberlangsungan tradisi di tengah perubahan zaman.
Baca Juga:
Mengungkap Fakta Kasus Korupsi Kepala Dinas Kesehatan Tabalong
0 Response to "Makan Batalam Bakipas Pangeran, Tradisi Kebersamaan di Tabalong"
Post a Comment