Masjid Darus Saadah, Peninggalan Bersejarah di Balimau

Masjid Darus Saadah, Peninggalan Bersejarah di Balimau


Masjid Darus Saadah, terletak di Desa Balimau, Kecamatan Kalumpang, Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS), Kalimantan Selatan, merupakan salah satu masjid bersejarah yang memiliki nilai budaya dan religi yang tinggi. Didirikan sekitar tahun 1870 oleh seorang ulama besar, Datu Balimau, masjid ini tidak hanya menjadi tempat ibadah tetapi juga simbol kebudayaan dan sejarah yang terus terpelihara hingga kini.

Masjid Darus Saadah berdiri megah di atas lahan seluas 606 meter persegi. Datu Balimau, atau Syekh Ahmad, adalah pendiri masjid ini. Sebagai seorang ulama yang berdakwah di Kabupaten HSS, ia memainkan peran penting dalam penyebaran ajaran Islam di wilayah tersebut. Datu Balimau adalah keturunan Syekh Muhammad As’ad bin Syarifah binti Syeikh Muhammad Arsyad Al Banjari, pengarang kitab terkenal "Sabilal Muhtadin". Keberadaan masjid ini menjadi saksi bisu atas perjalanan panjang dakwah dan perjuangan Datu Balimau dalam menyebarkan Islam.

Meskipun sudah berdiri lebih dari satu abad, Masjid Darus Saadah tetap berdiri kokoh. Dalam perjalanannya, masjid ini telah mengalami beberapa kali perombakan dan renovasi. Renovasi besar terakhir dilakukan pada tahun 2019, dimana masjid direnovasi total. Namun, para pengelola dan masyarakat sekitar berkomitmen untuk mempertahankan bentuk asli dan nilai-nilai sejarah yang terkandung dalam bangunan awal masjid. Beberapa bagian asli masjid, seperti tiang kayu ulin dan mimbar tanpa paku, masih tetap dipertahankan dan digunakan hingga saat ini.

Baca Juga: 

Masjid Su'ada, Warisan Budaya di Hulu Sungai Selatan

Jika dibandingkan dengan masjid-masjid bersejarah lainnya di wilayah Kalimantan Selatan, Masjid Darus Saadah memiliki usia yang lebih tua. Masjid ini lebih tua 18 tahun dari Masjid Agung Taqwa di Kecamatan Kandangan, 20 tahun lebih tua dari Masjid Suada atau Masjid Baangkat di Desa Wasah Hilir, Kecamatan Simpur, dan tujuh tahun lebih tua dari Masjid Agung Al-Karomah di Martapura, Kabupaten Banjar. Keunggulan usia ini menjadikan Masjid Darus Saadah sebagai salah satu masjid tertua yang memiliki nilai sejarah yang sangat penting di wilayah ini.

Masjid Darus Saadah menyimpan berbagai peninggalan sejarah yang masih terawat dengan baik. Salah satu yang paling mencolok adalah tiang kayu ulin yang berdiri kokoh sejak awal masjid didirikan. Selain itu, mimbar kayu yang digunakan tanpa paku juga menjadi salah satu daya tarik utama masjid ini. Bagian tengah ruangan masjid juga tidak diubah, karena tempat ini pernah digunakan oleh Syekh Muhammad Zaini bin Abdul Ghani, yang lebih dikenal dengan sebutan Guru Sekumpul. Guru Sekumpul adalah ulama besar yang sering berkunjung dan memberikan pengajian di masjid ini semasa hidupnya.

Nilai sejarah yang dipertahankan menjadikan Masjid Darus Saadah sebagai salah satu destinasi wisata religi yang menarik di Kecamatan Kalumpang, Kabupaten HSS. Masyarakat setempat dan pengunjung dari luar daerah sering datang untuk melihat langsung keindahan dan keaslian masjid ini. Selain sebagai tempat ibadah, masjid ini juga menjadi tempat belajar dan mengenal sejarah perkembangan Islam di wilayah ini. Pengunjung dapat merasakan suasana masa lalu yang masih terjaga dengan baik melalui bangunan dan peninggalan sejarah yang ada.

Datu Balimau, atau Syekh Ahmad, adalah figur sentral di balik berdirinya Masjid Darus Saadah. Ia adalah seorang ulama yang berdakwah di Kabupaten HSS dan meninggal di Desa Balimau. Sebagai keturunan dari Syekh Muhammad As’ad bin Syarifah binti Syeikh Muhammad Arsyad Al Banjari, ia melanjutkan tradisi keilmuan dan dakwah yang diwariskan oleh keluarganya. Haji Ahmad, atau Datu Balimau, adalah anak ketiga dari dua belas bersaudara. Ayahnya, H Muhammad Arsyad, adalah seorang mufti di Kerajaan Banjar dan ulama kharismatik yang dikenal rendah hati, pemurah, penyabar, dan berani menegakkan kebenaran.

Baca Juga: 

Kubah di Bawah Kubah, Keunikan Masjid Jami' Ibrahim Nagara

Datu Balimau lahir dan dibesarkan dalam keluarga yang sangat menjunjung tinggi nilai-nilai keislaman. Ayahnya, H Muhammad Arsyad, adalah mufti di Kerajaan Banjar yang juga seorang ulama besar. Pendidikan agama yang mendalam diterima Datu Balimau dari ayahnya dan datuknya, Syeikh Muhammad Arsyad Al-Banjary. Keluarganya dikenal sebagai keluarga yang memiliki pengetahuan agama yang luas dan berperan aktif dalam penyebaran ajaran Islam.

Haji Ahmad, atau Datu Balimau, menerima pendidikan agama dari ayahnya dan langsung dari datuknya, Syeikh Muhammad Arsyad Al-Banjary. Setelah menikah, ia mendapat tugas dari ayahnya untuk menyebarkan ajaran Islam di daerah Balimau. Dengan ilmu yang dimilikinya, Datu Balimau berhasil meyakinkan masyarakat untuk hidup beragama dan mengamalkan ajaran Islam. Dakwahnya selalu disambut positif oleh masyarakat dan diikuti oleh banyak murid. Keberhasilannya dalam membangun masyarakat beragama di Balimau menjadikannya sosok yang dihormati dan disegani.

Dari tiga pernikahannya, Haji Ahmad memiliki banyak anak yang juga berperan dalam penyebaran agama Islam. Dari pernikahan pertama dengan seorang perempuan solehah dari Martapura, ia dianugerahi enam anak: empat putra dan dua putri. Anak-anaknya juga menjadi figur penting dalam komunitas mereka, seperti H Muhammad yang menjadi qadhi. Dari pernikahan kedua dengan seorang perempuan dari Amuntai, ia dianugerahi tiga anak. Pernikahan ketiga dengan seorang perempuan dari Desa Balimau menghasilkan lima anak. Keturunan Datu Balimau melanjutkan tradisi keilmuan dan dakwah yang diwariskan oleh ayah dan datuknya.

Haji Ahmad dimakamkan di Desa Balimau. Makamnya dikenal sebagai Kubah Balimau dan menjadi salah satu objek wisata religius yang terkenal di Kabupaten HSS. Banyak peziarah dari berbagai daerah yang datang untuk berdoa dan mengenang jasa-jasa Datu Balimau. Kubah Balimau menjadi simbol penghormatan dan penghargaan atas dedikasi Haji Ahmad dalam menyebarkan ajaran Islam dan membangun masyarakat yang beragama.

Masjid Darus Saadah bukan hanya sebuah bangunan tempat ibadah, tetapi juga peninggalan sejarah yang kaya dengan nilai-nilai budaya dan religi. Keberadaan masjid ini mengingatkan kita akan pentingnya melestarikan warisan sejarah dan menghargai jasa-jasa para pendahulu dalam menyebarkan ajaran Islam. Sebagai salah satu destinasi wisata religi, Masjid Darus Saadah terus menjadi saksi bisu perjalanan panjang dakwah di Kabupaten HSS, Kalimantan Selatan.

Baca Juga: 

Dispersip Kalsel Mengadakan Bimtek Pendataan Perpustakaan di HSS


0 Response to "Masjid Darus Saadah, Peninggalan Bersejarah di Balimau"

Post a Comment