Masjid Su'ada, Warisan Budaya di Hulu Sungai Selatan
Masjid Su'ada, yang terletak di Desa Wasah Hilir, Kecamatan Simpur, Kabupaten Hulu Sungai Selatan, adalah sebuah saksi bisu sejarah panjang umat Islam di daerah tersebut. Berdiri kokoh sejak tahun 1328 Hijriah atau sekitar tahun 1907 Masehi, masjid ini tidak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah, tetapi juga sebagai warisan budaya yang kaya akan sejarah dan nilai-nilai arsitektur tradisional.
Berdiri di tengah-tengah Desa Wasah Hilir, Masjid Su'ada menjadi pusat spiritual dan sosial bagi masyarakat setempat. Keberadaan masjid ini sudah lebih dari satu abad, menjadikannya sebagai salah satu masjid tertua di Kabupaten Hulu Sungai Selatan. Dengan usia yang sudah melampaui seratus tahun, Masjid Su'ada tidak hanya memiliki nilai sejarah yang tinggi tetapi juga menjadi simbol ketahanan dan keutuhan budaya lokal.
Masjid Su'ada dibangun dengan menggunakan arsitektur tradisional yang memanfaatkan bahan dasar ulin, sejenis kayu keras yang tahan terhadap cuaca dan serangan hama. Kayu ulin dipilih karena keawetannya yang luar biasa, sehingga mampu menjaga kekokohan bangunan hingga saat ini. Ornamen-ornamen yang menghiasi masjid juga mencerminkan keahlian tangan-tangan pengrajin lokal yang ahli dalam seni ukir kayu. Setiap detail ukiran pada tiang dan dinding masjid memperlihatkan keindahan dan kekayaan budaya yang dimiliki oleh masyarakat Hulu Sungai Selatan.
Pada tahun 1859, Syeikh H. Abbas, seorang ulama dari Martapura yang pernah berjuang bersama Pangeran Antasari, bermukim di Wasah Hilir untuk menjalankan dakwah Islam. Seiring waktu, jumlah pengikut Syeikh Abbas semakin bertambah, sehingga ia merasa perlu untuk membangun sebuah masjid yang lebih besar sebagai pengganti surau kecil yang biasa digunakannya. Surau kecil tersebut kemudian dibongkar, dan bahan-bahannya yang masih bisa dipakai digunakan kembali untuk membangun masjid baru.
Pembangunan masjid baru ini tidak hanya menjadi tanggung jawab Syeikh Abbas saja, tetapi juga melibatkan keponakannya, Syeikh H.M. Sa’id dari Kandangan. Bersama dengan pemuka masyarakat setempat seperti H. Banan (Kepala Desa Wasah Hilir), H. Sahak (Penghulu Wasah Hilir), dan lima khatib Wasah Hilir, mereka berembuk untuk menggalang dana dan tenaga demi terwujudnya masjid yang diidamkan.
Baca Juga:
Dispersip Kalsel Mengadakan Bimtek Pendataan Perpustakaan di HSS
Proses pembangunan Masjid Su'ada merupakan cerminan dari semangat gotong-royong yang kuat di kalangan masyarakat Wasah Hilir. Biaya pembangunan masjid berasal dari sumbangan masyarakat setempat sebesar 50%, sementara sisanya ditanggung oleh Syeikh Sa’id dan Syeikh Abbas. Pembangunan dilakukan secara marahaba (gotong-royong) oleh sekitar 15 tukang, termasuk dua ahli ukir dan pahat dari Candi Agung (Amuntai). Keterlibatan para ahli ukir ini memberikan sentuhan seni yang khas pada masjid, dengan ukiran-ukiran indah yang masih bisa kita nikmati hingga saat ini.
Usia Masjid Su'ada yang lebih dari 100 tahun menjadikannya sebagai benda cagar budaya yang harus dilindungi dan dilestarikan. Berdasarkan UU No. 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya, bangunan bersejarah seperti Masjid Su'ada memiliki nilai penting yang harus dijaga. Masjid ini bukan hanya sekadar bangunan tua, tetapi juga sebuah warisan budaya yang menyimpan cerita, nilai-nilai, dan identitas masyarakat Hulu Sungai Selatan. Pelestarian masjid ini menjadi tanggung jawab bersama, baik oleh masyarakat setempat maupun pemerintah, untuk memastikan bahwa generasi mendatang masih bisa merasakan dan menghargai warisan berharga ini.
Masjid Su'ada memiliki beberapa keunikan dan keistimewaan yang membuatnya berbeda dari masjid-masjid lainnya. Pertama, penggunaan kayu ulin sebagai bahan utama bangunan memberikan kesan tradisional yang kuat sekaligus memastikan daya tahan bangunan. Kedua, ornamen ukiran kayu yang menghiasi hampir setiap sudut masjid mencerminkan keahlian seni ukir masyarakat setempat. Ketiga, proses pembangunan yang melibatkan gotong-royong masyarakat menunjukkan betapa kuatnya rasa kebersamaan dan solidaritas di kalangan warga Wasah Hilir.
Masjid Su'ada bukan hanya tempat untuk melaksanakan ibadah, tetapi juga menjadi pusat kegiatan sosial dan keagamaan bagi masyarakat Wasah Hilir. Setiap harinya, masjid ini dipenuhi oleh jamaah yang datang untuk shalat berjamaah, mengaji, dan mengikuti berbagai kegiatan keagamaan lainnya. Pada bulan Ramadhan, masjid ini menjadi pusat kegiatan berbuka puasa bersama, tarawih, dan tadarus Al-Quran. Selain itu, masjid ini juga sering digunakan untuk acara-acara penting seperti pernikahan, pengajian, dan peringatan hari-hari besar Islam.
Baca Juga:
DAFTAR OBJEK WISATA RELIGI DI KABUPATEN TABALONG
Meskipun Masjid Su'ada memiliki nilai sejarah dan budaya yang tinggi, pelestariannya tidaklah mudah. Bangunan yang sudah tua membutuhkan perawatan ekstra agar tetap kokoh dan tidak mengalami kerusakan. Selain itu, modernisasi dan perkembangan zaman juga menjadi tantangan tersendiri dalam upaya melestarikan bangunan bersejarah seperti ini. Namun, dengan adanya kesadaran dari masyarakat dan dukungan dari pemerintah, diharapkan Masjid Su'ada dapat terus terjaga dan menjadi kebanggaan bersama.
Upaya pelestarian masjid ini melibatkan berbagai pihak, termasuk tokoh masyarakat, pemerintah daerah, dan organisasi-organisasi kebudayaan. Program-program restorasi dan pemeliharaan rutin dilakukan untuk memastikan bahwa setiap bagian dari masjid ini tetap dalam kondisi baik. Edukasi kepada generasi muda juga menjadi fokus utama, agar mereka dapat memahami dan menghargai nilai-nilai sejarah dan budaya yang terkandung dalam Masjid Su'ada.
Masjid Su'ada adalah lebih dari sekadar tempat ibadah. Ia adalah simbol ketahanan, kebersamaan, dan kekayaan budaya masyarakat Hulu Sungai Selatan. Dengan arsitektur yang indah, sejarah yang kaya, dan peran yang signifikan dalam kehidupan sosial dan keagamaan, Masjid Su'ada layak mendapatkan perhatian dan pelestarian yang sepantasnya. Sebagai warisan budaya yang tak ternilai, masjid ini harus dijaga dan dilestarikan agar terus memberikan inspirasi dan menjadi saksi bisu perjalanan panjang umat Islam di daerah tersebut. Semoga Masjid Su'ada tetap berdiri kokoh dan menjadi kebanggaan bagi seluruh masyarakat Hulu Sungai Selatan.
Baca Juga:
MENGENAL BUPATI TABALONG DANDUNG SUCHROWARDI (1984 - 1994)
0 Response to "Masjid Su'ada, Warisan Budaya di Hulu Sungai Selatan"
Post a Comment