Mengenal Pangeran Muhammad Noor, Bapak Bangsa Asal Kalimantan Selatan

Mengenal Pangeran Muhammad Noor, Bapak Bangsa Asal Kalimantan Selatan

Ir. H. Pangeran Muhammad Noor lahir pada tanggal 24 Juni 1901 di Martapura, dari keluarga bangsawan Banjar. Ia adalah cicit dari Ratoe Anom Mangkoeboemi Kentjana bin Sultan Adam al-Watsiq Billah, Raja Banjar. Kehidupan awalnya diwarnai oleh tradisi dan nilai-nilai luhur keluarga bangsawan yang memiliki tanggung jawab besar terhadap masyarakatnya.

Pangeran Muhammad Noor menempuh pendidikan dasarnya di HIS dan lulus pada tahun 1917. Selanjutnya, ia melanjutkan pendidikan ke jenjang MULO dan lulus pada tahun 1921. Tidak puas hanya dengan pendidikan menengah, ia melanjutkan studi ke HBS dan berhasil menyelesaikannya pada tahun 1923. Pada tahun yang sama, ia diterima di Technische Hoogeschool te Bandoeng (THS), yang kini dikenal sebagai Institut Teknologi Bandung (ITB). Di sini, ia menimba ilmu di bidang teknik dan berhasil meraih gelar Insinyur pada tahun 1927, menyelesaikan studinya dalam waktu empat tahun.

Pada tahun 1935, Pangeran Muhammad Noor menggantikan ayahnya, Pangeran Muhammad Ali, sebagai wakil Kalimantan dalam Volksraad, dewan perwakilan rakyat pada masa pemerintahan kolonial Hindia Belanda. Ia memegang jabatan ini hingga tahun 1939, ketika posisinya digantikan oleh Mr. Tadjudin Noor. Selama masa jabatannya, Pangeran Muhammad Noor berjuang keras untuk memperjuangkan hak-hak dan kepentingan rakyat Kalimantan dalam menghadapi pemerintahan kolonial yang seringkali mengabaikan daerah luar Jawa.


Baca Juga:

Mengenal Idham Chalid,  Sang Politikus dan Pejuang Agama dari Kalimantan Selatan


Pangeran Muhammad Noor adalah salah satu pejuang yang aktif dalam merebut kemerdekaan Indonesia. Ia diangkat sebagai Gubernur Borneo pertama yang berkedudukan di Yogyakarta oleh Presiden Soekarno. Dalam kapasitasnya ini, ia memainkan peran penting dalam memobilisasi dan mempersatukan pasukan pejuang kemerdekaan di Kalimantan. Ia menugaskan tokoh-tokoh seperti Hasan Basry dan Tjilik Riwut untuk memimpin perjuangan di Kalimantan, yang kemudian dikenal sebagai Divisi IV ALRI Pertahanan Kalimantan. Divisi ini menjadi basis perjuangan yang signifikan dalam melawan penjajah Belanda dan merebut kemerdekaan Indonesia.

Setelah Indonesia merdeka, Pangeran Muhammad Noor terus berkontribusi dalam pembangunan bangsa. Pada periode 24 Maret 1956 hingga 10 Juli 1959, ia diangkat oleh Presiden Soekarno sebagai Menteri Pekerjaan Umum. Dalam peran ini, Pangeran Muhammad Noor mencanangkan sejumlah proyek besar yang berdampak jangka panjang terhadap pembangunan infrastruktur Indonesia.

Salah satu proyek besar yang dicetuskan oleh Pangeran Muhammad Noor adalah Proyek Waduk Riam Kanan di Kalimantan Selatan. Waduk ini dirancang untuk mengendalikan banjir, irigasi, dan pembangkit listrik tenaga air (PLTA). Selain itu, proyek ini juga bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di sekitar area waduk melalui penyediaan air bersih dan pengembangan pertanian.


Baca Juga:

Mengenal Gusti Muhammad Hatta, Orang Banjar Yang Cinta Lingkungan


Di Jawa Timur, Pangeran Muhammad Noor menggagas Proyek Waduk Karangkates. Proyek ini memiliki tujuan serupa dengan Waduk Riam Kanan, yakni pengendalian banjir, irigasi, dan pembangkit listrik. Keberhasilan proyek ini memberikan dampak positif yang signifikan terhadap pembangunan ekonomi dan sosial di wilayah tersebut.

Selain waduk, Pangeran Muhammad Noor juga menggagas Proyek Pasang Surut di Kalimantan dan Sumatera. Proyek ini bertujuan untuk memanfaatkan daerah pasang surut untuk pertanian, memperluas lahan produktif, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Ia merupakan tokoh penggagas Proyek Pengembangan Wilayah Sungai Barito yang meliputi pembangunan PLTA Riam Kanan dan pengerukan muara Sungai Barito. Proyek ini bertujuan untuk meningkatkan navigasi sungai dan mendukung kegiatan ekonomi di sekitar sungai.


Baca Juga:

Mengenal Abdul Hafiz Anshari, Mantan Ketua KPU dan MUI


Atas jasa-jasanya yang luar biasa dalam pembangunan dan perjuangan kemerdekaan, Pangeran Muhammad Noor dianugerahi Tanda Kehormatan Bintang Mahaputra Utama pada tahun 1973. Penghargaan ini merupakan bentuk pengakuan atas dedikasi dan kontribusinya yang besar terhadap bangsa dan negara.

Pangeran Muhammad Noor wafat pada tanggal 15 Januari 1979 di Jakarta. Ia dimakamkan di TPU Karet Bivak, Jakarta, berdampingan dengan makam istrinya, Gusti Aminah binti Gusti Mohamad Abi. Namun, pada tahun 2010, jenazah beliau beserta istrinya


Baca Juga:

Mengenal Lambung Mangkurat




0 Response to "Mengenal Pangeran Muhammad Noor, Bapak Bangsa Asal Kalimantan Selatan"

Post a Comment